Harta Karun Hijau RI: Sarang Walet Sampai Vanili
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki tumpukan harta karun, tidak ketinggalan di sektor pertanian. Sarang burung walet hingga vanili, harta karun Indonesia yang memiliki harga jual fantastis. Emas hijau dan kaviar dari Timur adalah julukan yang juga disematkan pada keduanya.
Mengutip situs Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Nusa Tenggara Barat, sarang burung walet berasal dari air liur burung wallet yang telah memadat dan mengering.
Unggahan situs tertanggal 8 Desember 2021 itu menyebutkan, sarang burung walet memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, mulai dari mencegah penuaan, meningkatkan konsentrasi hingga melawan kanker, tidak heran bila harga sarang burung walet terbilang tinggi. Inilah yang membuat banyak orang rela membeli dan mengonsumsi buat kesehatan.
"Sarang burung walet selain dikonsumsi untuk kesehatan sering pula dijadikan bahan untuk kosmetik," dikutip CNBC Indonesia, Selasa (15/3/2022).
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, Indonesia adalah pemasok sarang burung walet terbesar dunia. Dengan pasar terbesar ke China. Dengan harga jual yang fantastis melampaui harga ekspor di negara lain, yakni bisa mencapai Rp25 juta hingga Rp40 juta per kilogram.
Dimana per tahun 2018, sarang burung walet asal Indonesia menguasai hampir 78% pangsa pasar dunia. Dengan nilai mencapai Rp40 triliun. Rumah dari burung walet atau Collocalia sp. ini disebut berkhasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di pulau Jawa, Kalimantan juga Sulawesi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebutkan, sarang burung walet dijuluki kaviar dari Timur karena kelezatannya melegenda sekaligus harganya yang luar biasa. Dimana, pada Mei 2021, harga jual di Hong Kong mencapai US$88 per kilogram dan US$1.500 per kilogram di China.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor sarang burung walet Indonesia (kode HS 04100010, birds nest, edible) tahun 2020 mencapai US$540,36 juta dan US$517,44 juta. Ekspor Januari 2021 mencapai US$47,52 juta.
Secara volume mencapai 1.312,50 ton pada tahun 2020, lalu naik jadi 1.510,04 ton tahun 2021. Per Januari 2022, volume ekspor sarang burung walet Indonesia mencapai 67,05 ton.
Lalu, ada vanili. Tanaman perkebunan tahunan ini kerap disebut sebagai emas hijau Indonesia karena harganya yang fantastis. Bahkan, untuk vanili kering grade premium atau gourmet, bisa dihargai Rp4 - 6 juta per kg atau 1,5 hingga 2 kali vanili kering biasa.
Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag) vanili dijuluki sebagai 'emas hijau' karena memiliki nilai ekonomis serta harga jual yang tinggi. Sempat mencapai harga tertinggi di tahun 2018, yakni US$650/kg atau hampir Rp 10 juta/kg bila pakai kurs saat ini. Namun, pada tahun 2020, harga biji vanili terkoreksi menjadi US$200/kg.
Vanili, atau Vanilla planifolia, tanaman berdaging tebal, masuk dalam suku Anggrek-anggrekan (Orchidaceae). Tanaman ini kerap dijuluki sebagai harta karun hijau Indonesia dan memiliki beragam manfaat, termasuk bagi kesehatan.
Vanili menghasilkan buah polong yang diolah jadi bubuk vanila. Vanili adalah tanaman perkebunan tahunan. Hasil olahannya dapat menghasilkan produk bernilai tambah, dalam bentuk ekstrak, sari, oleoresin, maupun bubuk. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kuliner.
Ketua Umum Dewan Vanili Indonesia John Tumiwa mengatakan, petani menikmati harga vanili terbaik pada tahun 2018, mencapai US$650 per kg.
"Gonjang-ganjing harga Vanili dimulai dari tahun 2000-an. Tahun 1992-an, harganya US$15 per kg, anjlok ke US$5 per kg. Tahun 2014 melonjak jadi US$400, lalu turun lagi anjlok bahkan sempat US$10 per kg. Ke tahun 2016, harga bergerak naik, terus bergerak ke US$400 per kg, dan tahun 2018 melonjak jadi US$650 per kg. Dan sekarang terkoreksi. Disebut emas hijau karena harganya balap-balapan dengan emas dan perak," kata John kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
(dce/dce)