
Jepang-AS Latihan Perang di Kaki Gunung Fuji, Khawatir China?
Latihan bersama juga dilakukan saat invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan kekhawatiran keamanan baru di Asia Timur, di mana China menekan Taiwan.

Militer Jepang dan Amerika Serikat (AS) melakukan latihan perang bersama di kaki Gunung Fuji, Jepang, Selasa (15/3/2022) waktu setempat. Latihan ini melibatkan 400 tentara Brigade Penempatan Cepat Amfibi Jepang (ARDB) dan 600 marinir AS. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Latihan ini merupakan bagian dari kerjasama tiga minggu untuk mengasah interoperabilitas antara sekutu. Pengangkut pasukan Osprey dengan rotor miring digunakan selama latihan. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Melansir Reuters, Jepang sedang merevisi strategi keamanan nasional berusia satu dekade tahun ini. Tujuannya untuk menghadapi sikap militer China yang semakin meningkat. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Peningkatan pedoman kebijakan pertahanan diharapkan menyerukan negara untuk mengambil peran yang lebih aktif bersama Washington dalam keamanan regional. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Diaktifkan pada tahun 2018, pasukan ARDB merupakan marinir pertama Jepang sejak Perang Dunia ke-2. Pasukan ini dibentuk untuk memperkuat pertahanannya di sepanjang pulau-pulau barat daya di tepi Laut Cina Timur. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Dilatih untuk merebut kembali pulau-pulau yang direbut menggunakan helikopter, Ospreys dan kapal pendarat amfibi dengan kekuatan sekitar 1.500 tentara kemungkinan akan menjadi salah satu yang pertama beraksi untuk melawan serangan China di pulau-pulau Jepang. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

China, yang terlibat sengketa wilayah dengan Jepang atas pulau-pulau tak berpenghuni yang dikendalikan oleh Tokyo di Laut China Timur, secara rutin mengirimkan kapal untuk menegaskan klaimnya. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)

Latihan bersama juga dilakukan saat invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan kekhawatiran keamanan baru di Asia Timur di mana China menekan Taiwan. Jepang juga menghadapi pasukan Rusia yang beroperasi dari pangkalan Timur Jauh yang semakin banyak bekerja sama dengan militer China. (REUTERS/KIM KYUNG-HOON)