
Minyak Nyaman di Level US$ 100/Barel, Pertamax Layak Naik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia belum juga mendingin, sejak Perang Rusia dan Ukraina dimulai, harga minyak mentah dunia ini nyaman bertengger di atas level US$ 100 per barel.
Sampai pada Selasa (15/3/2022), harga minyak mentah dunia jenis Brent berada di level US$ 102,2 per barel.
Masih nyamannya harga mninyak mentah dunia ini tentunya akan mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia terkecuali harga BBM bersubsidi atau penugasan seperti halnya bensin RON 88 atau Premium, juga BBM RON 90 atau Pertalite.
Sementara pemerintah juga masih menahan harga bensin jenis RON 92 atau Pertamax. Harga Pertamax bak tahan banting dari segala masalah, bahkan dibandingkan dengan kompetitor, harga bensin Pertamax ini menjadi yang paling murah dikalangannya.
Apakah bensin Pertamax ini layak naik? dan jika naik apakah bensin Pertamax akan mengganggu inflasi?
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menyampaikan, secara regulasi Pertamina sangat berpeluang menyesuaikan harga Pertamax. Kenaikan harga Pertamax mendekati harga produk sejenis dari perusahaan lain tidak akan menjadi masalah karena dampak terhadap inflasi seharusnya terkendali.
"Dampak inflasi tidak akan diteruskan karena akan terhenti pada pengguna akhir. Pertamax tidak terkait langsung dengan proses produksi dan distribusi barang dan jasa," ujar Komaidi kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/3/2022).
Komaidi menyebutkan, melejitnya harga minyak mentah dunia tak hanya memberatkan pemerintah, namun juga memberatkan Pertamina selaku badan usaha yang menjual BBM non penugasan.
Harga Pertamax yang berlaku saat ini masih menggunakan acuan asumsi harga minyak Indonesia atau ICP APBN 2022 yang ditetapkan US$65 per barel. Padahal, harga minyak dunia terus menunjukkan tren peningkatan jauh di atas asumsi tersebut.
Dari sisi konsumsi, pengguna Pertamax juga terus bertambah. Pemilik kendaraan bermotor banyak yang menggunakan produk Pertamax karena berkualitas dan ramah lingkungan dibandingkan BBM dengan RON di bawahnya.
Total konsumsi konsumsi Pertamax secara nasional pada 2021 mencapai 12%, naik dari total konsumsi pada 2020 yang tercatat 8%. "Kewenangan penentuan harga BBM non subsidi ada pada badan usaha. Namun itu juga bergantung pada pemegang saham," jelas dia.
Komaidi menambahkan prasyarat utama bagi Pertamina untuk menyesuaikan harga Pertamax adalah melakukan komunikasi dengan pemerintah. .Jika pemerintah memberi restu, Pertamina tentu bisa menaikkan harga Pertamax.
"Tidak menjadi terlalu harus diumumkan seperti BBM subsidi. Karena pelaku lain juga demikian," tukas dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sinergi Dengan Kejaksaan, Pertamina Jamin BBM Sesuai Spesifikasi