
Harga Batu Bara Meroket, BUMI Tetap Prioritaskan Suplai PLN

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengungkapkan di tengah harga batu bara yang masih tinggi, pihaknya akan tetap fokus untuk memasok batu bara di dalam negeri.
Direktur BUMI Dileep Srivastava menjelaskan adanya perang antara Rusia dan Ukraina membuat harga, pasokan, dan permintaan batu bara menjadi tidak menentu. Kendati demikian, dia meyakini bahwa harga batu bara akan menurun di tahun ini.
Oleh karena itu, menurutnya yang terpenting saat ini adalah untuk memasok, bukan untuk meningkatkan kapasitas. Prioritas perseroan adalah menyuplai batu bara untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, khususnya PLN untuk menjaga pasokan listrik domestik, dan memprioritaskan ini sebelum mengekspor.
"Kami mengutamakan penjualan ke PLN untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan memasok batu bara pada mitra lainnya terlebih dahulu sebelum kami ekspor. Jadi tidak ada perubahan pada prioritas kami," jelas Dileep kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (15/3/2022).
Selain itu, perseroan juga belum fokus mengembangkan pasar ekspor ke negara lainnya, meski di tengah banyaknya negara, khususnya di Eropa yang tengah mencari pemasok batu bara akibat keengganan menggunakan batu bara asal Rusia. Sehingga, BUMI masih akan memprioritaskan ekspor batu bara ke negara-negara tradisional tujuan ekspor seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan.
"Saat ini prioritas kami juga untuk memasok ke pasar lokal. Prioritas itu akan terus berlanjut, kami mungkin akan mengekspor 65% - 70% dari hasil produksi dan 35% untuk domestik," tuturnya.
Seperti diketahui, harga batu bara terus 'terbang'. Perkembangan konflik di Eropa menjadi faktor pendorong harga si batu hitam. Pada perdagangan Senin (14/3/2022) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup pada level US$ 336,15 per ton.
Harga batu bara sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada Rabu (02/03/2022) di level US$ 446 per ton. Meski kini harga cenderung menurun. Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) selama sebulan masih tercatat naik 50,7% dan 301,94% selama setahun.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Batu Bara BUMI di 2022 Tembus 75 Juta Ton
