Jokowi Mulai Dag Dig Dug, Harga Minyak Bisa Bikin APBN Boncos

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 11/03/2022 11:23 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) Saat Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS. (Tangkapan Layar Youtube Universitas Sebelas Maret)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali angkat bicara perihal kenaikan harga minyak dunia, yang kemungkinan besar akan memberikan dampak bagi kas keuangan negara.

Berbicara saat memberikan pengarahan dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke 46 UNS, Jokowi saat ini dunia memang menghadapi krisis energi. Situasi tersebut ditambah dengan perang antara Rusia-Ukraina.


"Sekarang semua negara mengalami [kelangkaan energi]. Ditambah perang, harga naik kali lipat," kata Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022).

Jokowi mengatakan rata-rata harga minyak sebelumnya hanya US$ 60 per barel. Namun, harga si 'emas hitam' terus menanjak hingga menembus level US$ 130 per barel, kendati saat ini sudah mulai turun.

Jokowi mengatakan, kenaikan harga minyak sendiri telah membuat sejumlah negara melakukan penyesuaian. Harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah negara pun sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

"2 kali lipat semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik. Kita di sini masih nahan-nahan," katanya.

Kenaikan harga minyak dunia memiliki dampak yang cukup besar terhadap kas keuangan negara, terutama realisasi penyaluran subsidi BBM dan elpiji 3 kilogram.

Berdasarkan kalkulasi pemerintah, setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi minyak tanah sebesar Rp 49 miliar, elpiji Rp 1,47 triliun, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,56 triliun.


Dengan mengacu pada hitungan tersebut, maka bukan tidak mungkin beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa mencapai Rp 4,17 triliun.

Bahkan, dengan hanya melihat data terkini dan mempertimbangkan harga ICP, harga minyak mentah dunia sudah US$ 67 per barel di atas asumsi APBN. Beban yang ditanggung pun bisa mencapai Rp 270 triliun.

"Bu menteri [Sri Mulyani Indrawati] saya tanya tahannya sampai berapa hari, kita nahan-nahan terus. Kelangkaan energi," jelasnya.


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Atas Nama Efisiensi, Sri Mulyani Siap Pangkas Anggaran 2026