Biden Pernah Sebut Jakarta Terancam Tenggelam, Cek Riset Ini!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
11 March 2022 08:25
President Joe Biden speaks about Ukraine in the East Room of the White House, Tuesday, Feb. 15, 2022, in Washington. (AP Photo/Alex Brandon)
Foto: AP/Alex Brandon

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu, nama Indonesia mencuat di kancah global, namun sayangnya bukan dalam hal positif. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa ibu kota RI, DKI Jakarta, dalam kondisi terancam.

Dalam pidatonya di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 27 Juli lalu, Presiden negara adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.

"Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahan iklim," tegasnya dalam pidato itu sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov, dikutip Jumat (11/3/2022).

Perubahan iklim menyebabkan naiknya permukaan laut. Ribuan orang bisa kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan kehidupan.

"Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur...," ujarnya.

"...Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?"

Ucapan Biden ini bukan tanpa alasan. Badan Antariksa AS NASA mengatakan, meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir dan juga luapan air laut yang semakin besar.

"Masalah banjir itu juga semakin memburuk dalam beberapa dekade karena adanya pemompaan air tanah yang menyebabkan tanah tenggelam atau surut," ujar badan yang berbasis di Washington itu

NASA mencatat bahwa kenaikan laut global yang rata-rata naik sebesar 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan makin intens saat atmosfer memanas, NASA mengatakan banjir jadi hal biasa. Sejak tahun 1990-an bahkan banjir besar telah terjadi di Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan 70% wilayah terendam.

NASA juga mengunggah gambar landsat yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade terakhir. Adanya pembabatan hutan dan vegetasi lain dengan permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang dapat diserap.

Ini menyebabkan adanya limpahan serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak orang yang memadati dataran banjir dengan resiko tinggi. Hal ini kemudian diperparah oleh saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan.

Meski begitu, Kepala Balai Konservasi Air Tanah, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Isnu Hajar Sulistyawan, menyebut bahwa ramalan yang disampaikan Biden tersebut berdasarkan hitungan secara linier. Namun, tidak semua wilayah di Jakarta Utara (Jakut), daerah yang paling rentan, mengalami penurunan tanah yang sama cepatnya.

"Kalau yang disampaikan Joe Biden itu dihitung linier. Mereka hitung dari interpretasi linier dihitung rate dari kemarin sampai sekarang," paparnya kepada CNBC Indonesia

Dia menyebut, penurunan tanah di sekitar Tanjung Priok 0,8 cm per tahun. Namun, ada juga penurunan tanah di Jakarta Utara yang lebih cepat seperti di Pluit mencapai 8,6 cm per tahun.

Dia mengatakan, terdapat sumur pantau untuk melihat penurunan muka tanah di daerah Banjir Kanal Timur (BKT). Sumur tersebut memiliki kedalaman 300 meter sejak 1997, penurunan rata-ratanya 1,64 cm per tahun, tapi dalam 10 tahun terakhir dia sebut penurunannya melandai.

"Memang ada yang katakan 50 tahun ke depan, 10 tahun ke depan, tapi berdasarkan data kita ya seperti itu," lanjutnya.

Salah satu yang menyebabkan penurunan tanah di DKI Jakarta menurutnya adalah karena pemakaian air tanah. Mengenai hal ini, menurutnya pemerintah sudah berupaya melakukan pencegahan pemakaian air tanah yang berlebihan.

"Selama ini beberapa peneliti juga fokus ke air tanah, Badan Geologi fokus di Jakarta bentuk balai konservasi air tanah, lakukan fokus ke air tanah ini," jelasnya.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Jakarta Tenggelam Terasa Makin Nyata, Ini Buktinya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular