
Putin Kalah di Ukraina? Rusia Turunkan Tentara Bayaran Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia disebut akan mengirim tentara bayaran untuk membantu memperkuat serangannya ke Ukraina. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Inggris.
Perusahaan Rusia itu memasok milisi dari Suriah, Libya dan Republik Afrika Tengah. Mereka bekerja atas nama Moskow.
"Pemerintah Presiden Vladimir Putin hampir pasti mempertahankan hubungan luas dengan perusahaan Rusia yang menjual layanan pertempuran tentara bayaran, " kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen yang dirilis Rabu (9/3/2022) malam waktu setempat dikutip dari CNBC International.
Masuknya tentara bayaran Rusia ke Ukraina juga sempat dikatakan seorang pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS). Menurutnya tentara bayaran ini akan ditempatkan untuk membantu melaksanakan perang di wilayah perkotaan, termasuk ibu kota Ukraina, Kyiv.
Langkah ini disebut-sebut juga dilakukan akibat kekalahan besar pasukan Rusia dalam serangan. Laporan NBC mengatakan militer Moskow terluka secara psikologis karena banyaknya jumlah pasukan yang tewas, hingga 11 ribu sebagaimana diklaim Ukraina.
"Kami percaya bahwa laporan mereka (Rusia) mencari pejuang Suriah untuk menambah pasukan mereka di Ukraina, kami yakin itu benar," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan Selasa lalu.
"Menarik bahwa Tuan Putin harus menemukan dirinya bergantung pada pejuang asing di sini."
Meski begitu, belum ada detail pasti mengenai berapa jumlah pasukan yang akan direkrut serta berapa bayaran yang ditawarkan. Mengutip laporan Washington Examiner, media Suriah menyebutkan tentara bayaran itu akan digaji US$ 200 hingga US$ 300 (Rp 2,8 juta hingga Rp 4,3 juta) per enam bulan.
Sementara itu, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington, tentara bayaran asal Republik Afrika Tengah biasanya dibayar dengan mineral. Mereka mendapat imbalan hak untuk mengekstraksi emas, uranium, dan berlian.
Sementara itu, dari pihak Ukraina, Kyiv juga mengklaim mulai dibantu oleh 20 ribu sukarelawan asing. Hal ini terjadi lantaran banyaknya negara Barat yang enggan menurunkan miliernya masuk ke negara itu dan memilih untuk memberikan bantuan senjata saja.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari. PBB mengatakan lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan Ukraina, menjadikannya krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat sejak Perang Dunia II, mengalahkan Suriah.
.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Separatis Pro-Rusia Hukum Mati 'Tentara Bayaran' Ukraina
