
Uraa! Perang Dunia III Sudah Meletus, Xi Jinping Juru Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia masih terus menyerang Ukraina. Sejumlah media melaporkan pertempuran kini semakin intens di beberapa wilayah dan kota di negara Presiden Volodymyr Zelensky itu.
Akibat serangan terus menerus Rusia ke Ukraina, miliuner dan investor Amerika Serikat (AS) Bill Ackman menyatakan Perang Dunia III (World War 3) sepertinya sudah dimulai.
Ackman merupakan CEO Pershing Square Capital, yang sebelumnya meramalkan "neraka akan datang" karena Covid-19 saat wabah baru muncul.
"Pada Januari 2020, saya mengalami mimpi buruk tentang potensi pandemi. Tetapi semua orang sepertinya menganggap saya gila. Saya mengalami mimpi buruk yang sama sekarang," kata Ackman melalui Twitter Sabtu merujuk perang Rusia dan Ukraina, dimuat CNBC International Selasa (8/3/2022).
"Perang Dunia III kemungkinan sudah dimulai, tetapi kami lambat untuk mengenalinya," tegasnya lagi.
Ackman berpendapat, kegagalan Barat menghentikan pendudukan Rusia sebelumnya seperti di Krimea atau Georgia menjadi penyebab. Ini memberikan keberanian ke Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengambil lebih banyak langkah.
Sebagaimana diketahui, Barat sudah mengendalikan diri dengan hanya memasok persenjataan ke Ukraina sebagai upaya membantu peperangan di darat tanpa terlibat langsung. Namun, ini perlu diwaspadai karena Putin bisa terprovokasi dan mengeluarkan nuklir.
"Lalu apa yang kita lakukan ketika (Putin) menginginkan lebih?" tanya Ackman.
"Ancaman nuklir tidak berbeda ketika dia mengambil negara berikutnya, apakah itu bagian dari NATO atau bukan. Dan, pada saat itu kita secara strategis lebih buruk."
Xi Jinping "Juru Selamat"
Untuk menghentikan serangan Rusia ke Ukraina, Ackman berpendapat China menjadi kunci. Tirai Bambu harus menengahi dan menyudahi peperangan.
"Satu-satunya cara optimis yang bisa saya lihat dari perang ini adalah agar China turun tangan, menengahi gencatan senjata dan melakukan penyelesaian nyata," tegasnya.
"Dalam penyelesaian, Ukraina bisa setuju bahwa mereka tidak akan pernah bergabung dengan NATO. Rusia, pada gilirannya, dapat menarik diri dan sanksi dapat dibatalkan."
Hal yang sama juga disampaikan oleh ekonom asal AS Stephen Roach. Ia mengatakan Presiden China Xi Jinping merupakan sosok yang dapat menengahi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
"Hanya ada satu orang di dunia, saya pikir, yang memiliki pengaruh atas Vladimir Putin, dan itu Xi Jinping," kata Roach. "Maksud saya, China benar-benar memegang kartu truf di sini dan saya pikir terserah Xi untuk memanfaatkan momen ini."
Pernyataannya bukan tanpa alasan. Setelah berondongan sanksi diberikan AS dan sekutu, China telah mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam sanksi. Bahkan pemerintah Xi Jinping menolak untuk menyebut serangan Rusia di Ukraina dengan kata "invasi", yang kerap dipakai Barat. China juga abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB untuk menegur Rusia.
Beijing malah mempromosikan negosiasi dan memposisikan dirinya "lebih jauh" dari Rusia, daripada yang digambarkan pada awal Februari lalu saat Xi Jinping dan Putin bertemu.
Putin saat itu terbang langsung ke China demi pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing dan mengadakan pertemuan "empat mata" untuk mengumumkan kemitraan "tanpa batas" kedua negara dan berkolaborasi lebih banyak melawan Barat.
Roach pun mengatakan sudah seharusnya China menghentikan Rusia. Menurutnya, akan menjadi kesalahan bagi Beijing untuk menggandakan kemitraannya dengan Moskow ketika dunia memberikan tekanan luar biasa pada Rusia.
China, tegasnya, akan dicap bersalah dalam waktu yang sangat lama. "Itu akan menjadi kesalahan besar bagi Xi Jinping," kata Roach lagi.
Serangan Rusia ke Ukraina telah terjadi sejak 24 Februari. Pertempuran di banyak kota di Ukraina dan Putin tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Ini Diramal Jadi Lokasi Perang Dunia 3, Dekat RI?
