
Kacau Balau, Perang Ukraina Bikin Produk ini Langsung Lompat

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga minyak mentah mendongkrak kenaikan harga bahan baku plastik. Baik untuk jenis Low Density Polyethylene (LDPE), Linear Low Density Polyethylene (LLDPE), High Density Polyethylene (HDPE), maupun Polypropylene (PP). Meski laju kenaikan harga bahan baku saat ini belum sebesar lonjakan harga minyak dunia.
Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin & Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, dalam sebulan terakhir, terjadi kenaikan harga bahan baku plastik sudah naik bertahap dari posisi US$1.300 per ton di akhir Januari 2022.
Seperti dilansir CNBC.com, Rusia memperingatkan harga minyak bisa melonjak hingga tembus US$300 per barel jika negara-negara Barat terus menggencarkan aksi sanksi kepada negara tersebut.
Pada sesi perdagangan Selasa, 8 Maret 2022, chart tradingeconomis pada pukul 22.44 WIB menunjukkan, harga minyak jenis WTI melonjak ke US$128 per barel, tertinggi sejak tahun 2008. Sementara jenis Brent naik ke US$131 per barel. Kedua jenis acuan tersebut cetak kenaikan harga harian sekitar 7%.
"Sejak Februari 2022 sudah ada kenaikan harga. Begitu minyak naik ke US$120 per barel, harga naik terus. Sekarang LDPE sudah US$1.800 per ton, HDPE sekitar US$1.500 per ton, LLDPE US$1.500 per ton, sementara polypropylene sudah mencapai US$1.530 per ton. Tapi kenaikan ini masih di bawah lonjakan harga minyak. Kalau mengikuti harga minyak, harga sekarang bisa ke US$1.700," kata Fajar kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/3/2022).
Jika harga minyak terus menanjak, kata dia, harga bahan baku plastik akan mengikuti.
"Kalau benar sampai US$300 per barel, harga bahan baku bisa melompat dua kali lipat dari sekarang," kata Fajar.
![]() Pengunjung Wajib Menggunakan PeduliLindungi Saat Masuk Supermarket (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
Hanya saja, dia menambahkan, lonjakan harga minyak tidak akan menekann industri hulu plastik.
"Kalau di hulu pasti akan tetap beli karena memang butuh. Dan utilisasi industri di hulu itu masih di atas 75%. Kalau yang di hilir, pemerintah harus was-was. Karena mereka yang akan paling cepat terkena dampak lonjakan harga minyak dan komoditas. Kalau utilisasi mereka sampai anjlok, akan mempengaruhi daya beli," jelasnya.
Hanya saja, dia menambahkan, saat ini ada tren kenaikan penambahan gudang-gudang di daerah. Apalagi, lanjut dia, petani komoditas di luar pulau Jawa tengah menikmati dampak lonjakan harga komoditas.
"Saya ke Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Solo. Ada yang menarik, banyak permintaan gudang. Bahkan untuk keramik. Memang dari sejak pandemi itu kita kan belum pulih betul. Dan, karena impor juga sedang tertahan, mungkin pasokan lokal jadi naik, jadi terbantu. Ini yang harus dijaga pemerintah supaya daya beli terjaga. Mungkin sekarang masih tertahan, tapi saya optimistis," ujarnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukraina yang Perang, Pabrik-pabrik di RI yang Nangis Darah
