Putin Rekrut Tentara Bayaran dari Suriah, Gajinya Segini
Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dikabarkan sedang melakukan perekrutan tentara bayaran di Suriah. Hal ini dilakukan untuk membantu militer negara itu menyerang Ukraina.
Dalam sebuah keterangan, seorang pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan tentara bayaran ini akan ditempatkan untuk membantu melaksanakan perang di wilayah perkotaan. Salah satunya ibu kota Ukraina, Kyiv.
Langkah ini disebut-sebut juga dilakukan akibat kekalahan besar pasukan Rusia dalam serangan. Laporan NBC mengatakan militer Moskow terluka secara psikologis karena banyaknya jumlah pasukan yang tewas, hingga 11 ribu sebagaimana diklaim Ukraina.
"Kami percaya bahwa laporan mereka (Rusia) mencari pejuang Suriah untuk menambah pasukan mereka di Ukraina, kami yakin itu benar," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan seperti diwartakan AFP, Selasa (8/3/2022).
"Menarik bahwa Tuan Putin harus menemukan dirinya bergantung pada pejuang asing di sini."
Meski begitu, belum ada detail pasti mengenai berapa jumlah pasukan yang akan direkrut serta berapa bayaran yang ditawarkan. Mengutip laporan Washington Examiner, media Suriah menyebutkan tentara bayaran itu akan digaji US$ 200 hingga US$ 300 (Rp 2,8 juta hingga Rp 4,3 juta) per enam bulan.
Sementara itu, dari pihak Ukraina, Kyiv juga mengklaim mulai dibantu oleh 20 ribu sukarelawan asing. Hal ini terjadi lantaran banyaknya negara Barat yang enggan menurunkan miliernya masuk ke negara itu dan memilih untuk memberikan bantuan senjata saja.
Langkah-langkah ini sendiri mendapatkan telah mendapatkan kritikan dari negara besar lainnya seperti China. Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun mengatakan turunnya pihak-pihak asing dalam pertempuran ini membuat situasi justru semakin keruh.
"Situasi yang sudah mengerikan hanya dapat diperburuk oleh pengiriman senjata ke Ukraina, serta penyebaran tentara bayaran," ujarnya dalam sebuah sesi Dewan Keamanan PBB pada Senin.
Dalam kesempatan yang sama, Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan hal ini belum dapat dikonfirmasi. Namun ia menegaskan perlu adanya fokus kemanusiaan dan bukan fokus peperangan.
"Konflik tidak membutuhkan lebih banyak orang yang datang dari luar. Fokus PBB saat ini adalah pada tujuan kemanusiaan," tegasnya.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari. PBB mengatakan 1,7 juta orang telah meninggalkan Ukraina, menjadikannya krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat sejak Perang Dunia II.
(tps)