Susah Ditolong, Harga Pakaian Bisa Beterbangan Gegara Perang!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Senin, 07/03/2022 12:10 WIB
Foto: Pedagang beraktivitas di salah satu gerai kain di Pasar Mayestik, Jakarta, Rabu (11/11/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga kapas hingga minyak dunia dunia bakal berdampak pada kenaikan harga tekstil dan pakaian jadi di pasar Indonesia. Situasi perang yang memicu lonjakan harga komoditas menjadi tekanan berat bagi industri manufaktur khususnya tekstil dan benang yang jadi bahan baku pakaian.

Kenaikan harga bakal terjadi pada beberapa jenis pakaian, utamanya yang menggunakan bahan kapas. Selain itu, pakaian dengan jenis poliester juga berpotensi mengalami hal sama. Kondisi ini makin memberatkan masyarakat yang akan menghadapi Ramadhan bulan depan.

"Ya tentu (harga pakaian naik), yang related dengan komoditinya akan naik," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/22).


Komoditi yang berkaitan yakni berbahan kapas. Saat ini harga kapas di perdagangan ICE sempat mencetak rekor 3 mingguan ke 126 sen dolar AS per pon atau US$1,26 per pon. Jika menarik mundur ke belakang, harga komoditas ini pada April 2020 tercatat US$0,51 per pon.

Lonjakan harga dipicu susutnya produksi, gangguan logistik, hingga naiknya penjualan ekspor. Meski ada indikasi penurunan konsumsi di China sejak Tahun Baru Imlek, namun India menaikkan pembelian di bulan Januari 2022. Sementara produsen Brasil dan Tanzania melaporkan penurunan panen di tahun 2022.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan bahwa bahan baku PTA (purified terephthalic acid) serta MEG (mono ethylene glycol) yang merupakan bahan baku serat dan benang filament sebelum jadi kain tekstil, sangat bergantung pada harga minyak dunia dan gas yang 'terbang' dipicu dari perang.

"Karena akibat perang harga minyak naik, PTA-MEG juga naik. Terus gas juga jadi naik karena itu adalah bahan baku utama PTA dan MEG. PTA dari minyak bumi, MEG dari gas, jadi ada kenaikan di situ. Gara-gara PTA naik, poliester jadi naik, kan bahan baku poliester itu PTA dan MEG, jadi karena bahan baku poliester naik, harga poliester jadi naik," sebutnya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Bersumpah Balas AS, Sebut Trump Penjudi Perang