
Ngeri! Dampak Sanksi, Ekonomi Rusia Diramal Minus 35%

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Rusia diyakini akan mengalami kontraksi hebat di kuartal kedua (Q2) 2022 ini. Hal tersebut terjadi lantaran serbuan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Barat akibat serangan ke Ukraina.
JPMorgan memperkirakan negeri Presiden Vladimir Putin akan mengalami negatif 35% di Q2 ini. Sementara pada setahun penuh, kontraksi sebesar 7%.
"Sanksi dan keputusan bisnis asing untuk menghentikan sementara atau menghentikan operasi Rusia telah menyebabkan kemacetan dalam perdagangan internasional, pengurangan output, dan gangguan rantai pasokan," tulis ahli strategi JPMorgan Anatoliy Shal dalam sebuah catatan untuk klien berjudul "Rusia: Berhenti tiba-tiba", dikutip CNBC International, Jumat (4/3/2022).
"Kejutan menyiratkan potensi output yang lebih rendah, yang akan disertai dengan lonjakan harga. Krisis kredit akan menambah rasa sakit, meskipun ada tanda-tanda bahwa penurunan di bank berkurang," tambah Shal.
Rentetan sanksi terus diberikan sejumlah negara ke Rusia. Terbaru dilakukan kelompok tujuh (G-7) ke Bank Sentral Rusia, CBR. Asetnya dibekukan di luar negeri. Ini akan berdampak pada cadangan mata uang asing yang biasa digunakan sebagai penyangga depresiasi aset lokal.
Bank-bank penting juga telah diputus dari sistem pembayaran internasional SWIFT, yang memiliki 11.000 anggota dari perbankan dunia. Ini membuat transaksi dengan Rusia menjadi sulit. Oligarki Rusia juga kini dibidik. Terbaru, sanksi ke crazy rich Moskow sudah diumumkan AS dengan meluncurkan penyelidikan khusus.
Penerbangan pesawat Rusia juga telah dilarang sejumlah negara. "Untuk menyebabkan runtuhnya ekonomi Rusia," kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire, Selasa lalu.
Rubel Rusia telah jatuh sejak Rusia menginvasi Ukraina pekan lalu dan membuat CBR menaikkan suku bunga dua kali lipat dari 9% ke 20%. Rabu pagi Rubel mencapai titik terendah sepanjang masa di 109,55 terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Goldman Sachs telah menaikkan perkiraan akhir tahun untuk inflasi Rusia menjadi 17% (yoy) dari proyeksi sebelumnya 5%. CBR mungkin dipaksa untuk menaikkan suku bunga lebih banyak guna menjaga stabilitas.
Pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan terpukul parah. Raksasa Wall Street memangkas perkiraan PDB 2022 dari ekspansi 2% menjadi kontraksi 7% (yoy).
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Xi Jinping Ngamuk, China Bakal Dihukum karena Rusia
