Internasional

'Bom' Sanksi AS Cs ke Rusia Mulai Terasa, Kremlin Teriak!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 03/03/2022 13:40 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia mulai bersuara mengenai deretan sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat setelah negara itu menyerang Ukraina. Kremlin menyebut ada pukulan yang sangat kuat mulai mengguncang ekonomi negara itu.

Dalam sebuah pernyataan pers resmi, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dampak sanksi cukup berat dirasakan. Meski begitu, pemerintahnya saat ini masih berusaha untuk memitigasi dampak dari sanksi ini.

"Ekonomi Rusia mengalami pukulan serius. Tapi ada batas keamanan tertentu, ada potensi, ada beberapa rencana, pekerjaan sedang berlangsung," ujarnya kepada CNN International dikutip Kamis, (3/3/2022).


Sejauh ini beberapa raksasa industri asal negara-negara Barat dan Jepang mulai memutuskan untuk menghentikan atau menunda operasinya di Rusia. Terbaru, langkah penghentian produksi diambil oleh Toyota sementara raksasa teknologi Apple memutuskan menghentikan penjualan di negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu.

Sejak sanksi ekonomi dijatuhkan, mata uang Rusia rubel mulai mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan awal pekan ini, rubel dilaporkan ambruk hingga nyaris 30% terhadap dollar dan secara year-on-year (yoy).

Hal ini pun mulai membuat Bank Sentral Rusia mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan nilai rubel. Bank sentral itu mengumumkan akan menggandakan lebih dari dua kali lipat suku bunga utamanya dari 9,5% menjadi 20%.

Selain itu, Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, juga akan melakukan kontrol modal untuk membatasi uang yang keluar dari negara itu. Kontrol modal sendiri dilakukan dengan menahan perusahaan asing untuk melakukan divestasi.

"Ini adalah manuver penuh yang sudah berlangsung," ujar pakar ekonomi Rusia dari Foreign Policy Research Institute, Maximilian Hess, mengatakan kepada CNBC International dikutip Senin (1/3/2022).

Meski begitu, Hess menambahkan bahwa efek-efek ini akan terus-menerus menjadi semakin parah. Ia menyebut langkah-langkah yang diambil bank sentral Rusia ini tidak akan mampu menahan kejatuhan mata uang itu karena negara-negara Barat juga telah membekukan operasional bank Rusia yang menggunakan platform keuangan global, SWIFT.

"Tapi perlahan-lahan akan ditemukan cara untuk menyiasati kontrol itu. Kontrol kemungkinan akan tetap ada, tetapi yang mereka lakukan hanyalah menunda rasa sakit untuk sementara," tambahnya.

Hingga saat ini negara-negara Barat masih menyatakan sikap dinginnya terhadap Rusia. Meski sudah menjatuhkan sanksi, tentara Rusia masih dengan masif tetap melancarkan aksi militer untuk menduduki ibukota Ukraina, Kyiv. Beberapa sumber menyebut ini merupakan langkah untuk menggulingkan Presiden Ukraina saat ini, Volodymyr Zelensky.


(tps/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AS-Rusia Pimpin Nuklir Dunia, Asia Mulai Ngebut