Duh, APBN Bisa Jebol Sebesar Ini Gegara Minyak to The Moon!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Selasa, 01/03/2022 13:40 WIB
Foto: REUTERS/Henning Gloystein

Jakarta, CNBC Indonesia - Terus melejitnya harga minyak mentah dunia, terutama ketika konflik Rusia dan Ukraina semakin memanas turut berdampak pada Indonesia, khususnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.

Pada Kamis (24/02/2022) lalu saat Rusia mulai menginvasi Ukraina, harga minyak mentah dunia untuk jenis Brent misalnya telah menembus harga tertinggi sejak 2014, yakni menyentuh US$ 105 per barel.

Imbasnya, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) per 24 Februari 2022 juga tercatat telah meroket mencapai US$ 95,45 per barel, berdasarkan keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Harga ICP ini jauh lebih tinggi dibandingkan asumsi dalam APBN 2022 yang ditetapkan "hanya" sebesar US$ 63 per barel.


Kenaikan ICP ini menyebabkan harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) meningkat, sehingga menambah beban subsidi BBM dan Liquefied Petroleum Gas (LPG), serta kompensasi BBM dalam APBN.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi memaparkan, setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel, akan berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp 1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun. Artinya, bisa berdampak pada kenaikan beban APBN sebesar Rp 4,17 triliun setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel.

Sebagaimana diketahui, subsidi BBM dan LPG 3 kg dalam APBN 2022 sebesar Rp 77,5 triliun. Subsidi tersebut dengan asumsi ICP sebesar US$ 63 per barel.

Dengan harga minyak Indonesia (ICP) kini telah berada di kisaran US$ 95,45 per barel tersebut, maka artinya ICP telah melampaui sebesar US$ 32,45 per barel. Bila harga minyak dunia ini terus "mengamuk", maka tentunya beban negara akan semakin besar dan subsidi BBM dan LPG ini bisa menembus Rp 100 triliun.

Agung pun mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia dan mengantisipasi dampaknya.

"Data sementara ICP bulan Februari 2022 per tanggal 24 sebesar US$95,45/barel. Kalau harga minyak Brent, sudah lebih dari US$100/barel. Sejak ICP naik di atas US$63/barel (asumsi APBN 2022), kita terus monitor dan antisipasi dampaknya. Tidak hanya harga minyak, tapi harga LPG seperti CP Aramco," ungkap Agung dalam keterangan resmi Kementerian belum lama ini.

Dia pun menegaskan, kenaikan harga minyak dunia turut mempengaruhi APBN.

"Beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, Pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," ungkap Agung menambahkan.

Selain itu, imbuhnya, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.

Selain dampak terhadap APBN tersebut, kenaikan harga minyak juga berdampak pada sektor lainnya, khususnya transportasi dan industri yang mengkonsumsi BBM non-subsidi.

"Tren kenaikan harga minyak dunia, mengerek harga keekonomian BBM," tambahnya.

Sebagai gambaran, dia menyebutkan bahwa kisaran harga BBM non-subsidi di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), antara lain Singapura Rp 28.500 per liter, Thailand Rp 19.300 per liter, Laos Rp 19.200 per liter, Filipina Rp 18.500 per liter, Vietnam Rp 16.800 per liter, Kamboja Rp 16.500 per liter, dan Myanmar Rp 15.300 per liter.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Eks Wamen ESDM Soal Efek Perang Iran-Israel ke APBN-Subsidi BBM