Kekhawatiran Efek Rusia-Ukraina Nyata, Harga LPG Naik!

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
27 February 2022 14:30
Yanto penjual gas eceran menyiapkan gas di rukonya di kawasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin 3/1. Harga Gas LPG sejumlah ukuran naik. Sebelumnya Pertamina resmi menaikan gas elpiji sejak 25 Desember lalu. Pantauan CNBC Indonesia dilapangan, Bright gas 5 kg : Rp90 ribu dari Rp80 ribu.
Bright gas 12 kg: Rp175 Ribu dari Rp155 ribu. Gas tabung Biru 12kg : Rp175 ribu dari Rp155 ribu.
Gas 3 kg: Rp21 ribu blm naik.
Dilokasi yang berbeda Rosid selaku penjual gas juga mengatakan ada kenaikan. Gas tabung biru 12kg : dari Rp155 ribu naik Rp165 ribu
Gas tabung Pink 12kg : dari Rp160 naik menjadi Rp170 ribu. 
Gas tabunh Pink 5kg : dari Rp75 ribu naik menjadi Rp80 ribu.
Gas 3kg : tidak naik tetap dengan hari Rp20 ribu.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjualan Gas (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina dikhawatirkan akan menimbulkan efek domino bagi banyak negara terutama ekonomi, termasuk Indonesia.

Memanasnya tensi kedua negara itu berdampak langsung kepada harga komoditas, termasuk salah satunya adalah harga minyak mentah dunia. Terlebih, Indonesia merupakan negara net importir minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Benar saja, Pertamina sudah mengumumkan kenaikan LPGĀ Non Subsidi mulai 27 Februari 2022, dari Rp 13.500/kg, jadi Rp 15.500/kg.

Pengamat perminyakan yang juga mantan Gubernur Indonesia untuk Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan, panasnya situasi geopolitik di negeri Barat ini sudah tentu berdampak tidak bagus bagi Indonesia.

"Hal ini secara berantai akan berpengaruh ke lokasi lain (domino effect)," kata Widhyawan kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (27/2/2022).

Menurutnya, ini akan berdampak pada kian melesatnya harga minyak dunia dan Indonesia sebagai negara net importir minyak akan mengalami lonjakan biaya pengadaan minyak.

Dia membeberkan, kondisi geopolitik ini akan berpengaruh secara global dan nasional. Tak hanya berpengaruh secara fundamental, tapi juga psikologis (non teknis).

Secara fundamental, menurutnya ini akan ada dampak langsung untuk sumber produksi minyak dan gas (migas) di tempat yang bertikai.

Bukan saja karena keamanan, tapi juga masalah rantai pasok yang pasti terkendala dan membutuhkan asuransi yang lebih tinggi.

"Ujung-ujungnya harga menjadi tinggi dan biaya pengadaan minyak kita akan semakin besar," ungkapnya.

Jika harga domestik disesuaikan ada ancaman inflasi, tapi jika tidak disesuaikan subsidi akan melonjak. Dampaknya bagi Indonesia jelas tidak bagus.

Di sisi lain, lanjutnya, stok BBM RI juga masih minim, hanya cukup untuk sekitar 20 hari. Bila rantai pasok dari luar negeri terganggu, tentunya ini juga berisiko bagi Indonesia.

"Risikonya besar buat kita," katanya.

Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting menjelaskan bahwa penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas. Dia juga menjelaskan kenaikan 2 tahapan dari Desember yang lalu itu dilakukan demi mengurangi beban masyarakat pengguna LPG non subsidi.

"Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 USD/metrik ton, naik sekitar 21% dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021," jelas Irto dalam keterangan resminya, Minggu (27/2)


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Harga LPG Non Subsidi Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular