Bukan Cuma DKI, Sumbar Juga Terancam Potensi Gempa 'Raksasa'

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 February 2022 16:55
ilustrasi gempa
Foto: ilustrasi gempa (detik.com/Mindra Purnomo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa wilayah Sumatera Barat berpotensi membangkitkan gempa 'raksasa' magnitudo 7,6.

Kepala Badan BMKG Dwikorita mengakui bahwa wilayah Sumatera Barat memang memiliki sejarah gempa yang cukup panjang. Setidaknya, ada sembilan gempa yang pernah terjadi sejak 1835.

"Sumatera Barat ini telah mengalami sejarah gempa bumi yang panjang," kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (25/2/2022).

Berdasarkan catatan BMKG, gempa yang pertama kali mengguncang wilayah Sumatera Barat terjadi pada 26 Agustus 1835. Lokasi gempa terjadi di Padang, dengan kerusakan ringan dan retakan pada bangunan.

Kemudian pada 5 Juli 1904, di mana lokasi gempa terjadi di Siri Sori, Sumatera Barat yang akhirnya memicu tsunami di Pantai Siri Sori.

Lalu, pada tanggal 28 Juni 1926 terjadi gempa di Padang Panjang. Dampaknya lebih dari 354 orang meninggal dunia, dan gempa menimbulkan bencana di wilayah sekitar.

Selanjutnya, gempa juga terjadi pada 4 Februari 1971 dengan kekuatan M 6,3 dan menyebabkan sejumlah bangunan rusak di Pasaman.

Pada 8 Maret 1977, gempa juga terjadi di Pasaman. Gempa menyebabkan kerusakan hingga 737 rumah di Sinurat.

Gempa juga terjadi di Kerinci pada 7 Oktober 1995 dengan skala magnitudo 7. Akibat gempa tersebut, 84 orang tewas, 558 orang luka berat, dan 1.310 orang luka ringan. Kemudian 7.137 rumah, transportasi, irigasi, tempat ibadah, pasar dan pertokoan rusak.

Kemudian, pada 16 Februari 2004 terjadi gempa di Tanah Datar dengan skala 5,6 SR. Setidaknya 6 orang meninggal, 10 orang luka-luka, dan 70 rumah rusak.

Tak sampai satu minggu, tepatnya pada 22 Februari 2004, gempa terjadi di Pesisir Selatan dengan skala 6 SR yang mengakibatkan 1 orang meninggal, 1 orang luka berat, 5 orang luka ringan, 151 bangunan dan rumah rusak.

Lalu pada 30 September 2009, gempa kembali terjadi dekat dengan Padang Pariaman dengan skala 7,6 SR yang menyebabkan 75 orang tewas dan ribuan rumah rusak.

Terakhir, gempa berkekuatan M 6,1 terjadi di Talamau, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Gempa ini diperkirakan merusak ribuan rumah warga sekitar.

"Jadi gempa yang hari ini adalah gempa setelah 9 kejadian gempa sebelumnya terjadi sejak 1835. Kami mencatat, segmen ini atau angkola ini mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga kekuatan 7,6," kata Dwikorita.

"Hari ini masih 6,2 yang kita update jadi 6,1. Artinya belum sepenuhnya terlepas karena yang tertinggi, energi yang dapat dilepaskan membangkitkan gempa dengan kekuatan 7,6. Artinya kita masih sepatutnya untuk waspada dengan cara mitigasi tepat terutama penataan bangunan standar gempa bumi," katanya.

Halaman Selanjutnya >>> DKI Juga Terancam Potensi Gempa Hingga Tsunami Raksasa

Sebelumnya, BMKG memprediksikan potensi tsunami besar mencapai lebih dari 20 meter di Pulau Jawa. Meski demikian, Peneliti BMKG Daryono menyebut belum dapat dipastikan kapan terjadinya tsunami itu.

Berdasarkan pemodelan oleh BMKG, jika ada gempa berkekuatan 8,7 skala richter yang menerjang wilayah Pulau Jawa, maka seluruh selatan Jawa akan terdampak.

"Kalau gempa yang terjadi sampai 8,7 sudah kita modelkan apakah pusatnya di Jawa Timur, selatan Jawa di Jakarta, selatan Jawa Barat, selatan Banten, atau Selat Sunda. Hampir seluruh selatan Jawa terlanda," kata Daryono kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Selain itu, dampak terbesar juga akan melanda pada pantai dengan kontur landai, mengingat gelombang tsunami diprediksi akan berukuran sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 20 meter. Dengan begitu, kata dia, pantai yang memiliki tempat terjal berupa tebing akan sedikit lebih aman.

Daryono juga menjelaskan jika gempa megathrust berkekuatan 8,7 magnitudo di selatan Banten dan Selat Sunda terjadi, akan berdampak ke Jawa Barat, Lampung, bahkan masuk ke Laut Jawa.

Sementara itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) juga memprediksi adanya potensi tsunami dengan tinggi 20 meter di pesisir Pulau Jawa dan sekitarnya.

Kepala Laboratorium Geodesi ITB, Heri Andreas, berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS), mengatakan tsunami bisa terjadi karena adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga pesisir Pulau Jawa.

Dari hasil pemodelan, tsunami 20 meter ini berasal dari gempa yang terjadi dengan kekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,0. Di wilayah Jakarta sendiri memiliki potensi tsunami lebih besar, sebab pesisir Jakarta sudah berada di bawah laut hingga minus 1-2 meter.

"Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua, hingga Gajah Mada. Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri secara terpisah.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular