SKK Migas Ungkap Efek 'Ngeri' Transisi Energi ke Hulu Migas
Jakarta, CNBC Indonesia - Transisi energi sedang terjadi dunia. Hal itu tak ayal berpengaruh terhadap industri minyak dan gas (migas), termasuk di sisi hulu.
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan transisi energi ini harus dilihat dari dua perspektif. Selain ada tantangan, juga ada peluang.
"Tantangan jelas hampir semua perusahaan minyak udah declare mengambil net zero emission pada 2050 atau lebih awal. Implikasinya jelas otomatis alokasi capital hulu migas akan berkurang," ujar Benny dalam acara Energy Outlook 2022 yang ditayangkan CNBC Indonesia, Kamis (24/2/2022).
Kemudian, menurut dia, ada tantangan pengembangan sektor hulu minyak dibandingkan gas. Sebab, gas jelas lebih 'clean' dibandingkan migas.
"Implikasi lanjutan alokasi capital yang sedikit berdampak ke persaingan untuk berebut secara global. Produsen akan berebut untuk berinvestasi di negara masing-masing," kata Benny.
"Dari daya tarik hulu migas, lembaga internasional, konsultan internasional relatif tidak menarik dibanding negara lain. Ini tantangan yang semakin berat di era transisi ini," lanjutnya.
Lebih lanjut, Benny bilang ada peluang dari transisi energi. Hulu migas, menurut dia, dapat mengambil peran.
"Seolah-olah industri migas jadi terbatas, ada 30 tahun monetisasi sumber daya migas di tanah air, tapi kontraknya kan jangka panjang. Perlu strategi yang cepat supaya transisi energi berlangsung mulus di tanah air," ujar Benny.
"Langsung monetisasi sekarang atau tidak sama sekali. Kalau molor-molor tidak akan terjadi dan fossil fuel akan di sana selamanya. Timing is critical bagi hulu migas di era transisi ini," lanjutnya.
(miq/miq)