Tak Semua Salah Babi China, Ini Penyebab Tempe-Tahu RI Langka

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
23 February 2022 15:25
tempe di indonesia langka karena babi di china, kok bisa?
Foto: tempe di indonesia langka karena babi di china, kok bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Susahnya makan tahu dan tempe goreng di Indonesia. Kemarin saat tempe dan tahu beredar banyak di pasar, minyak gorengnya mahal, tapi kini sebaliknya.

Harga kedelai terus merangkak naik memicu reaksi protes dan aksi mogok perajin tahu dan tempe. Akhirnya peredaran makanan favorit rakyat Indonesia tersebut mulai langka di pasar.

Akar masalah, ada di harga kedelai internasional yang meroket sehingga berdampak pada harga impor yang juga mengikuti. Pasalnya, Indonesia mengandalkan hingga 90% kebutuhan kedelai dari pasokan impor.

"Masalah kedelai ini masalah internasional. Pada 2021, kita mengimpor 2,5 juta ton kedelai, sementara produksi dalam negeri tidak lebih dari 300 ribu ton. Jadi kita bergantung pada masalah internasional," kata Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi saat bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Bupati Purworejo meresmikan Pasar Purworejo, Selasa (22/2/2022) lalu.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat nilai impor kedelai pada tahun 2021 mencapai US$ 1,48 miliar atau Rp 21,2 triliun (Rp 14.300/dolar). Nilai tersebut naik 47,8% dibandingkan tahun 2020.

Volume impor kedelai mencapai 2,49 juta ton. Ini naik 0,58% dibandingkan tahun 2020.

Pertumbuhan nilai impor yang lebih tinggi dibanding volumenya terjadi karena lonjakan harga kedelai global sepanjang tahun lalu. Pada tahun 2021, harga kedelai global sempat melonjak 26,3% pada bulan Mei, sebelum akhirnya ditutup menguat 2% di akhir tahun.

Reformasi peternakan babi di China juga ditengarai jadi pemicu harga impor kedelai Indonesia meroket. Kemendag menduga, harga kedelai internasional stabil tinggi karena China memborong kedelai untuk mendukung reformasi peternakan babi di negara itu.

Akan tetapi, tampaknya hal ini bukan jadi faktor utama karena impor kedelai China turun. Impor China sepanjang tahun 2021 malah turun 2,8% menjadi 96,52 juta ton dibandingkan 100,33 juta ton pada tahun 2020.

Impor Kedelai China 2021Foto: Reuters
Impor Kedelai China 2021

Turunnya nilai impor China secara keseluruhan dipengaruhi oleh runtuhnya profitabilitas sektor peternakan babi. Belum lagi peningkatan tajam dalam penggunaan pakan gandum menekan permintaan di China.

Pendorong utama penurunan konsumsi kedelai adalah penurunan marjin keuntungan babi. Awalnya pertumbuhan keuntungan menguat ketika para petani mencoba membangun kembali ternak setelah wabah mematikan demam babi Afrika (ASF).

Tapi kemudian runtuh bersama dengan harga daging babi karena lonjakan produksi daging babi. Produksi babi di China pada tahun 2021 sebesar 449,2 juta, naik 10,5% dari tahun 2020, jumlah tertinggi sejak tahun 2015.

Margin keuntungan babi di China saat ini berkisar dari CNY 84 hingga CNY 84. Itu turun lebih dari 100% sejak awal tahun.

MarginFoto: Reuters
Margin

Faktor penting lainnya adalah perubahan dalam campuran pakan di Cina. Ini mengurangi volume kedelai yang dibutuhkan dalam ransum hewan.

"Permintaan tidak sebaik yang diharapkan; sejumlah besar gandum dan beras digunakan untuk pakan, yang akan menggantikan banyak kedelai," kata manajer lain dengan penghancur utama yang memiliki pabrik di seluruh China.

Faktor lainnya gangguan cuaca yang terjadi di Brazil sebagai importir utama China. Impor kedelai tahunan dari Brasil mencapai 58,15 juta ton, turun 9,5% dari 64,28 juta pada 2020, mengutip data Administrasi Bea dan Cukai China.

Brazil sendiri berkontribusi terhadap lebih dari 60% impor kedelai China.

Impor ChinaFoto: Reuters
Impor China

Untuk menutupi kekurangan tersebut, China memang kemudian beralih ke Amerika Serikat dengan mengimpor 32,3 juta ton kedelai pada tahun 2021. Jumlah ini naik 25% dari 25,89 juta ton pada tahun 2020.

Tapi, apakah lantas ini menyebabkan nilai impor Indonesia tinggi?

Jika ditelisik, harga kedelai dunia memang telah melonjak 23,15% sejak awal tahun 2022 hingga hari ini. Bahkan, mencapai harga tertinggi sejak 2012 di US$ 16,49/gantang.

Tingginya harga kedelai karena kekhawatiran minimnya produksi di kawasan Amerika Selatan, eksportir utama dunia, karena cuaca. Di sisi lain, permintaan dari China tetap tinggi.

AgRural memperkirakan panen kedelai Brasil 2021/22 sebesar 128,5 juta ton. Ini turun 17 juta ton dari perkiraan awalnya.

Di Brasil, negara bagian penghasil biji-bijian utama, Mato Grosso, telah dilanda hujan yang berlebihan, merusak kualitas kedelai. Sementara negara bagian paling selatan Brasil telah dipengaruhi oleh cuaca panas dan kering baru-baru ini.

Sementara di Argentina, produksi diperkirakan akan turun dalam beberapa minggu ke depan. "Karena cuaca kering yang panjang," kata bursa biji-bijian Buenos Aires.

Amerika Selatan adalah pengekspor kedelai terbesar di dunia dengan Brazil memimpin dengan pangsa pasar 44,3% dari total ekspor dunia, mengacu statista. Kemudian Argentinda dan Paraguay menyumbang 3,6% dan 3,3% pangsa pasar ekspor dunia.

Sehingga kondisi yang terjadi di Amerika Selatan dapat mempengaruhi harga kedelai global.

Belum lagi, meningkatnya ketegangan antara produsen tanaman kelas berat global Rusia dan Ukraina. Ini menaikkan harga pangan dunia yang sudah mendekati level tertinggi, kata analis dan pedagang.

StatistaFoto: Statista
Statista

(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahu Tempe Terancam Langka, Berapa Banyak RI Impor Kedelai?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular