Internasional

Siaga Perang Dunia, Kedutaan AS Warning Serangan di Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 February 2022 06:20
Anggota Pusat Gabungan untuk Kontrol dan Koordinasi tentang gencatan senjata garis demarkasi, atau JCCC, mengamati lubang peluru artileri yang mendarat di dekat sebuah sekolah di Vrubivka di wilayah Luhansk, Ukraina timur, Kamis (17/2/2022).  Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa Rusia masih bisa menyerang Ukraina dalam beberapa hari dan Rusia mengusir diplomat No. 2 di Kedutaan Besar AS di Moskow, karena ketegangan berkobar lagi dalam kebuntuan Timur-Barat terburuk dalam beberapa dekade. (AP Photo/Vadim Ghirda)
Foto: Anggota Pusat Gabungan untuk Kontrol dan Koordinasi tentang gencatan senjata garis demarkasi, atau JCCC, mengamati lubang peluru artileri yang mendarat di dekat sebuah sekolah di Vrubivka di wilayah Luhansk, Ukraina timur, Kamis (17/2/2022). (AP Photo/Vadim Ghirda)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Moskow, memperingatkan potensi serangan di Rusia Minggu (20/2/2022) malam waktu setempat. Bukan hanya Moskow, serangan juga disebutkan berisiko terjadi di Saint Petersburg.

"Menurut sumber media, ada ancaman serangan terhadap pusat perbelanjaan, stasiun kereta api dan metro, dan tempat berkumpul umum lainnya di daerah perkotaan besar," kata kedutaan dalam pernyataannya, dikutip AFP.

Kedutaan pun meminta warga Amerika di Rusia untukĀ menghindari keramaian. Warga juga diminta melakukan rencana evakuasi mandiri tanpa bergantung pada bantuan pemerintah AS.

Pernyataan ini beredar di tengah ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina di sepanjang perbatasan keduanya. Negara-negara Barat telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Moskow dapat merencanakan serangan terhadap tetangga bekas Sovietnya itu, menuduh Rusia membangun kekuatan puluhan ribu tentara.

Terbaru, otoritas lokal di sekitar perbatasan Rusia dengan Ukraina telah mengumumkan keadaan darurat seiring terjadinya baku tembak antara pemberontak pro Rusia di Ukraina Timur dengan pemerintah Ukraina. Dikabarkan para pengungsi, 50.000 orang, telah menyeberang dari wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur ke Rusia untuk menghindari perang.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengkritik pengumuman tersebut. Ia mempertanyakan apakah protokol AS terkait pengumuman tersebut sudah benar.

"Apa yang harus kita lakukan dari ini?" ujarnya lagi mempertanyakan AS.

Ukraina telah memerangi separatis pro-Rusia sejak 2014 ketika Moskow mencaplok semenanjung Krimea. Lebih dari 14.000 orang telah tewas dalam pertempuran itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hubungan Rusia-Ukraina Memanas, Putin Diawasi Ketat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular