Sri Mulyani & Perry Warjiyo Beberkan Hasil FMCBG Meeting 2022

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
18 February 2022 20:29
FMCBG Meeting, Kamis (17/2/2022) (ist/Dok. Bank Indonesia)
Foto: Suasana FMCBG Meeting, Kamis (17/2/2022) (Dokumentasi Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membeberkan hasil pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FMCBG) negara-negara anggota G20 dan sejumlah organisasi internasional secara virtual, Jumat (18/2/2022) malam.

Dalam keterangan pers, Sri Mulyani mengatakan, pertemuan membahas berbagai isu penting sesuai prioritas Presidensi G20 Indonesia. Terdapat enam hal penting yang sangat relevan bagi Indonesia dan dunia.

Hari pertama, menurut Sri Mulyani, dilakukan seminar high level yang dihadiri para tokoh terkemuka dunia untuk membahas penguatan arsitektur kesehatan global dalam menghadapi pandemi Covid-19. Apalagi, dampak ekonominya tergolong masif.

"Banyak ekonomi negara-negara terkontraksi dan belum pulih," ujar Sri Mulyani seraya menekankan urgensi penguatan arsitektur kesehatan global.

Hari kedua, lanjut dia, terdapat sejumlah isu penting, yaitu sustainable finance, krisis iklim, infrastruktur, dan perpajakan internasional. Khusus untuk pajak, dibahas kesepakatan yang menyangkut dua pilar, yaitu perpajakan di sektor digital dan global minimum taxation.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan, dalam pembahasan juga dibahas kondisi negara-negara miskin dan berkembang yang terjerat utang. Untuk itu, diperlkukan kerja sama global dari kreditur untuk memberikan ruang agar negara-negara itu bisa pulih kembali.

"Kami menerbitkan komunike dan senang dengan semangat dari anggota-anggota G20, dari kementerian keuangan dan bank sentral sangat-sangat kuat dan erat," kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut, dia mengatakan masih akan ada sejumlah pertemuan ke depan semisal di sela pertemuan tahunan IMF & WB di Washington DC, AS, Oktober 2022.
"Ini jadi bahan penting bagi pertemuan-pertemuan pimpinan negara pada saat pertemuan puncak G20 nanti," ujar Sri Mulyani.
Perry menambahkan, sistem moneter internasional juga menjadi bahasan penting. Utamanya berkaitan dengan rencana dan antisipasi dari normalisasi kebijakan di negara-negara maju.

"Dalam hal ini disepakati dari sesi kedua ini perlunya mendukung stabilitas makro dan keuangan global, G20 berkomitmen menerapkan normalisasi yang dikalibrasi dengan baik, direncanakan dengan baik, dan dikomunikasikan dengan baik," kata Perry.

"Ini penting agar normalisasi kebijakan oleh negara-negara maju berdampak minimal terhadap kondisi pasar keuangan global," lanjutnya seraya mengingatkan pentingnya pemulihan ekonomi global dalam jangka panjang kembali ke jalur semula.

Hal lain yang dibahas adalah penggunaan mata uang untuk perdagangan dan investasi yang semakin bervariasi. Hal tersebut, menurut Perry, mendukung ketahanan dari negara-negara berkembang untuk mengatasi global spill over.

Lebih lanjut, Perry mengatakan, dalam sesi ketiga, yaitu reformasi sektor keuangan global, peserta pertemuan sepakat kondisi perbankan kuat dari sisi likuiditas hingga manajemen risiko. Akan tetapi, pandemi menghadirkan dampak seperti maraknya digitalisasi.

Mengacu kepada peta jalan G20, para peserta berkomitmen untuk semakin memperkuat dan memperluas digitalisasi pembayaran serta memajukan transaksi mudah, cepat, dan murah. Tujuannya adalah meningkatkan inklusi keuangan perkembangan perdagangan ritel dan mendukung UMKM, khususnya kaum perempuan dan pemuda.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gaya Sri Mulyani Hingga Menkeu India Bicara Climate Change

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular