Bergantung Impor, Negara Ini Kehabisan Duit Buat Beli Minyak
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi Sri Lanka, Udaya Gammanpila mengumumkan perusahaan minyak milik negara kehabisan uang untuk membeli minyak. Negara itu juga kemungkinan akan mengalami krisis bahan bakar yang lebih buruk.
Ceylon Petroleum Corporation (CPC) telah mengalami kerugian terus menerus dan kehabisan uang untuk mendapatkan pasokan minyak dari luar negeri. Gammanpila mengatakan CPC menderita kerugian hingga 42% pada penjualan solar dari harga yang diminta pemerintah, dikutip dari AFP, Jumat (18/2/2022).
Solar merupakan bahan bakar yang paling sering digunakan pada transportasi umum. Pengendara di luar ibu kota Colombo melaporkan terjadi antrian panjang untuk membeli bahan bakar karena stok yang kurang.
Sementara tahun lalu, dia mengungkapkan CPC mengalami kerugian mencapai 83 miliar rupee.
"Sebelumnya kami kekurangan dolar untuk mengimpor minyak. Sekarang kita tidak punya rupee untuk membeli dolar," ungkap Gammanpila.
Dia menambahkan bahkan saat pajak dicabut atas penjualan minyak, tidak akan membantu banyak untuk menutup kerugian. "Kekurangan parah tidak bisa dihindari kecuali kita menaikkan harga atau kas menawarkan bailout," ungkapnya.
Kekurangan devisa Sri Lanka memburuk dan berdampak pada sejumlah sektor. Misalnya energi sepenuhnya bergantung dari impor untuk memenuhi kebutuhan minyak.
Kekurangan minyak untuk pembakaran berdampak pada matinya generator listrik termal. Akibatnya pemadaman listrik terjadi di seluruh wilayah.
Bukan hanya itu, perekonomian Sri Lanka juga mengalami kelangkaan makanan. Bahkan supermarket harus menjatah pembelian makanan pokok termasuk beras.
Bahkan kekurangan itu juga mendorong inflasi makanan ke 25% bulan lalu. Pada sektor otomotif dan semen juga mengalami kelangkaan pasokan.
Industri pariwisata yang menjadi penghasil devisa utama Sri Lanka juga harus terdampak akibat pandemi Covid-19.
(npb/npb)