Internasional

4 Alasan Putin Disebut Pemenang Konflik Rusia-Ukraina-Barat

sef, CNBC Indonesia
Jumat, 18/02/2022 07:50 WIB
Foto: Presiden Rusia, Vladimir Putin (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin dianggap sebagai pemenang dalam konflik Rusia dengan Ukraina, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO.

Hal ini dikatakan ilmuwan politik Italia, Lucio Caracciolo, dalam sebuah wawancara dengan koran setempat La Stampam dikutip TASS, Jumat (18/2/2022).


Meski menyebut terlalu dini memberikan penilaian, tapi ia menilai Putin telah mendapat kemenangan taktis. Berikut alasannya:

1. Rusia Kembali Diperhitungkan AS

Ini dapat dilihat dari Rusia yang kembali mendapatkan peran yang diperhitungkan AS. Rusia bahkan bernegosiasi untuk memastikan Ukraina tak bergakung denna NATO.

"Dia telah memulai pembicaraan Rusia dan Amerika tentang senjata strategis global, lalu arsitektur keamanan Eropa dan memastikan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO," katanya.

"Dia (Putin) menegaskan prinsip bahwa Rusia adalah kekuatan besar."

Peran Rusia ini, juga terlihat dalam penyelesaian konflik lain sepeti Kazakhstan. Belum lagi, kata dia, perluasan pengaruh Moskow di Afrika.

2. Tak Benar-benar Menyerang, Hanya Mempertahankan Ketegangan

Soal serangan Rusia ke Ukraina sendiri, yang digembor-gemborkan Barat, Caracciolo menyebut hal itu tak bisa dikesampingkan. Tapi, itu akan jadi sebuah kegagalan bagi Putin sendiri.

"Putin akan menghadapi perbedaan pendapat dari Rusia sendiri. Ini akan bertentangan dengan tesis yang ditegaskan tentang persaudaraan Rusia dan Ukraina," jelasnya meragukan serangan.

"Dengan mempertahankan ketegangan, dia (Putin) justru mencapai semua tujuannya, dimulai dengan diskusi tentang keamanan global."

3. "Mengalahkan" Ukraina tanpa Serangan Militer

Ia pun mengatakan bahwa Ukraina sebenarnya bukan prioritas AS. Sehingga negara itu hanya bisa mengandalkan dukungan AS dan Eropa secara terbatas.

"Tidak ada yang memikirkan aksesi nyata mereka (Ukraina) ke NATO," tambahnya.

Tanpa serangan senjata, ia menyebut Putin telah "mengalahkan" Ukraina.

"Putin juga telah mendorong Ukraina. ke titik di mana negara itu menjadi tidak menarik bagi investasi asing."

4. Gas yang tak Begitu Penting, Hanya Strategi dan Geopolitik

Soal gas pun, di mana Rusia menjadi eksportir gas terbanyak Eropa, juga tak memainkan peran yang begitu penting.

"Saya tidak berpikir ini tentang perang atas gas. Ini adalah permainan strategis dan geopolitik. Bahkan Amerika tidak tertarik untuk menghilangkan ketergantungan energi Eropa pada Rusia sepenuhnya," katanya.

Rusia merupakan salah satu eksportir besar sumber energi itu. Menurut data badan data Eurostat di tahun 2020, Rusia menyumbang sekitar 38% dari impor gas alam Uni Eropa yang mengirimkan hampir 153 miliar meter kubik.

Kontribusi Negeri Beruang Putih semakin besar di Eropa sejak produksi gas Belanda menurun akibat penutupan ladang gas. Belum lagi penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Prancis dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Jerman.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Negara NATO Siap Rogoh Kocek Untuk Senjata AS ke Ukraina