
Tak Mau Dunia Gagap Lawan Pandemi, Janet Yellen Tawarkan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyatakan kondisi saat ini adalah bentuk ketidaksiapan banyak negara dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Tak banyak negara yang berinvestasi pada sektor kesehatan, sehingga ketika bencana datang semua panik.
"Kita sudah melihat kegagalan dalam mengatasi kesenjangan juga kesehatan dan kesiapsiagaan sehingga biayanya kini menjadi mahal," ungkap Yellen dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, Kamis (17/2/2022)
Sejak pandemi melanda dunia pada awal 2020, banyak negara terpaksa menarik utang lebih banyak untuk membiayai belanja pemerintah. Baik untuk sisi kesehatan seperti vaksin, obat hingga alat kesehatan maupun upaya dalam penyelamatan perekonomian.
Yellen menilai pandemi Covid-19 sebagai pelajaran berharga. Negara maju kini sedang mempertimbangkan sumber daya dalam optimalisasi penguatan sistem kesehatan sebagai investasi. Dirinya berharap anggota G20 juga mendukung hal tersebut.
Hal ini bahkan lebih baik dibandingkan hanya dengan memberikan dana secara langsung kepada negara berkembang. Dana tersebut bisa ditempatkan di World Bank atau World Health Organization (WHO) dengan perkiraan nominal sebesar US$ 75 juta.
"Sistem saat ini hanya belum menyediakan dana yang dibutuhkan untuk mengatasi kesenjangan kapasitas negara yang tidak teridentifikasi, seperti untuk menentukan pengawasan dan tenaga kerja," terangnya.
Selain itu, pendanaan juga bisa diberikan melalui Dana Moneter Internasional (IMF) lewat hak penarikan khusus atau Special Drawing Rights (SDR). IMF telah sepakat untuk menaikkan target SDR 25 miliar, atau setara dengan US$ 36 miliar, dari SDR 20 miliar, atau US$29 miliar, setelah peninjauan rutin dua kali setahun yang dilakukan pada akhir Oktober.
Yellen mengungkapkan SDR dapat menjadi alternatif saat negara kesulitan keuangan, menghadapi berbagai kemungkinan. Sehingga tidak perlu menarik utang dari pasar dengan bunga yang tinggi.
"Ini merupakan instrumen inovatif di mana negara-negara maju bisa menyalurkan SDR untuk memberikan dukungan neraca pembayaran kepada negara berkembang saat mereka menghadapi tantangan," tutupnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Yellen Tetiba Ambil Tindakan Luar Biasa, Kenapa Ekonomi AS?