Tinggalkan Dolar, Ada Usulan Renminbi Jadi Mata Uang Dunia

Cantika Adinda, CNBC Indonesia
Rabu, 16/02/2022 21:27 WIB
Foto: Pekerja menghitung uang di pusat penghitungan uang tunai perusahaan angkutan umum di Huaian, provinsi Jiangsu, China. (REUTERS/Stringer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan empat negara mitra dagang utama Indonesia berhasil mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Ada usulan, agar mata uang China atau dikenal dengan Renminbi untuk dijadikan mata uang dunia. Usulan ini datang dari ekonom senior sekaligus Menteri Keuangan Indonesia periode 21 Mei 2013 hingga 20 Oktober 2014, Chatib Basri.

"Ada upaya Renminbi mau jadi reserve currency, mau kayak dolar Amerika Serikat, tapi ada soal yang belum comfortable, tidak seperti USD yang di manapun digunakan dan bisa ditukarkan, karena penggunaannya masih terbatas," jelas Chatib dalam webinar yang merupakan rangkaian dari Presidensi G20, Rabu (16/2/2022).


Masalahnya, jika Renminbi ingin dijadikan reserve currency atau cadangan devisa suatu negara, maka capital account atau neraca modalnya harus terbuka. Tak bisa lagi China menerapkan protokol kebijakan yang kaku.

"Karena kalau menerapkan beberapa kontrol menjadi sulit. Misalnya soal underlying dan macam-macam," ujarnya lagi.

Hal lainnya, jika disepakati bahwa Renminbi dijadikan mata uang dunia, China harus bersedia untuk transaksi berjalannya mengalami defisit atau current account deficit (CAD).

"Persoalannya adalah, apakah China willing untuk running current account deficit untuk membuat mata uangnya menjadi reserve currency sehingga proporsi penggunaan USD jadi lebih turun," ujar Chatib.

"Ini yang saya kira isunya ada satu pembahasan yang memang harus lebih jauh. Makanya ada upaya untuk gunakan reserve currency selain Renminbi," kata Chatib melanjutkan.

Nah, di tengah gencarnya transaksi Indonesia dengan China dalam penggunaan LCS ini, menurut Chatib dapat dimanfaatkan untuk mendorong Renminbi sebagai reserve currency.

Pada 2018, BI telah menyepakati penggunaan LCS dengan otoritas negara Thailand dan Malaysia. Kemudian dilanjutkan dengan kerjasama dengan otoritas di Jepang pada 2020. Terbaru dengan China yang dimulai pada November 2021.

Seiring pertambahan jumlah negara mitra LCS tersebut, nilai transaksi LCS juga terus menanjak. Pada tahun lalu, total transaksi mencapai US$ 2,53 miliar atau Rp 36,2 triliun (kurs Rp 14.300/US$)
.
Nilai transaksi LCS Indonesia tahun lalu melonjak tiga kali lipat dibandingkan tahun 2020. Peningkatan pada transaksi LCS tahun lalu seiring pemerintah memulai kerja sama implementasi LCS dengan China pada 2021.

Rata-rata transaksi bulanan LCS RI-Cina bahkan mencapai US$ 128 juta. Nilai ini jauh di atas transaksi LCS dengan Jepang, Malaysia dan Thailand.

Menjadikan Renminbi sebagai reserve currency, kata Chatib akan membuat volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa dikelola dengan baik.

"Karena mau tidak mau nanti suatu hari akan menuju kepada Renminbi menjadi reserve currency. Step atau langkah yang dilakukan BI saya rasa sudah sangat baik dan memang relaksasinya perlu dilakukan," jelas Chatib.

Kendati demikian, kata Chatib, hal terpenting untuk melakukan diversifikasi mata uang dunia adalah ketersediaan mata uang tersebut di pasar keuangan. Sehingga membuat orang tertarik untuk menyimpan dan menggunakannya.

"Kalau instrumen keuangan masih terbatas, yang terjadi orang masih cari instrumen keuangan melalui private banking di luar," ujar Chatib.

"Yang menggunakan mata uang LCS, perlu dipikirkan produk dan instrumennya. Risiko dari kurs mengalami perubahan bisa diminimalisir. Ini dari segi pasar keuangan," pungkas Chatib.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DMSI Yakin Sawit Kembali Berjaya dengan Hadirnya Agrinas Palma


Related Articles