Perang Batal, Harga Minyak Turun, Siapa Sudah Untung?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Selasa, 15/02/2022 19:38 WIB
Foto: kotkoa / Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak akhirnya turun dari level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir menjadi sekitar US$ 94 per barel pada Selasa sore (15/02/2022) waktu Indonesia bagian Barat (WIB) , setelah tadi pagi waktu Indonesia sempat menembus rekor tertinggi sejak 2014, yakni US$ 96,48 per barel untuk jenis Brent dan US$ 95,46 per barel untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI).

Turunnya harga minyak ini seiring dengan kabar bahwa pasukan tentara Rusia yang berada dekat dengan Ukraina telah ditarik kembali ke pangkalan. Kabar ini dinilai bisa mengurangi ketegangan antara Moskow dan negeri Barat.

Melansir dari Reuters, Selasa (15/02/2022), kantor berita Rusia Interfax mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan yang mengatakan bahwa sementara latihan skala besar di seluruh negeri berlanjut, beberapa unit distrik militer Selatan dan Barat telah menyelesaikan latihan mereka dan mulai kembali ke pangkalan.


Reuters menyebut, harga minyak jenis Brent jatuh US$ 2,65 per barel atau sekitar 2,8% menjadi US$ 93,83 per barel pada 10:45 GMT (sekitar pukul 17:45 WIB) dan harga minyak WTI turun US$ 2,82 per barel atau 3% menjadi US$ 92,64 per barel.

"Tidak ada hadiah untuk menebak kekuatan pendorong di balik pertarungan volatilitas ini," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM, dikutip dari Reuters, Selasa (15/02/2022).

"Krisis Rusia-Ukraina telah membuat pasar energi waspada terhadap kemungkinan gangguan pasokan energi Rusia."

Kedua harga patokan minyak mencapai tertinggi sejak September 2014 pada hari Senin, dengan Brent menyentuh US$ 96,78 dan WTI mencapai US$ 95,82. Harga Brent naik 50% pada tahun 2021 karena pemulihan permintaan global dari pandemi Covid-19 yang menekan pasokan.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pada hari Selasa bahwa invasi Rusia ke Ukraina sangat mungkin terjadi, meskipun Perdana Menteri Boris Johnson dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden melalui komunikasi jarak jauh setuju pada hari Senin bahwa ada jendela penting untuk diplomasi.

Investor juga mengamati pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran tentang rencana menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia, yang berpotensi memungkinkan ekspor minyak Iran lebih tinggi.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berbicara dengan rekanannya dari Iran Hossein Amirabdollahian pada hari Senin dan mereka mencatat "langkah maju yang nyata" dalam menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran, kata Kementerian Luar Negeri Rusia.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak