FOTO

Wadaw! Tempe-Tahu Terancam Langka Nih, Ada Apa?

CNBC Indonesia/Muhammad Sabki, CNBC Indonesia
Selasa, 15/02/2022 19:50 WIB

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengumumkan mogok produksi pada 21 Februari hingga 23 Februari 2022.

1/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Lonjakan harga kedelai global berdampal bagi industri tempe dan tahu di dalam negeri, yang didominasi skala rumah tangga.(CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

2/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

3/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengumumkan mogok produksi pada 21 Februari hingga 23 Februari 2022. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

4/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Aksi mogok ini lantaran harga kedelai naik dari Rp9 ribu menjadi Rp11 ribu per Kg pada Desember 2021 dan Januari 2022. Lonjakan harga itu meningkatkan biaya produksi tahu-tempe di Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

5/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Jambul salah satu perajin tempe di Ciputat mengatakan, "Saya membeli bahan kacang kedelai satu kwintal Rp 1.130.000 dan itu bisa naik lagi sampai Rp 1.400.000," katanya  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

6/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Meskipun ada kenaikan harga kedelai, tempe yang ia jual tetap dengan harga yang sama "Bahan sudah naik tapi saya jual dengan harga masih sama". tambah Jambul. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

7/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan 20% atau mencapai 30 ribu perajin tahu dan tempe berhenti berproduksi.

8/8 Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Menurut Aip, perajin tempe tersebut adalah industri rumahan skala kecil yang memproduksi 10 - 20 kg kedelai per hari. Mereka sangat kesulitan dengan fluktuasi harga. Sementara, untuk produsen yang menggunakan kedelai 50 - 100 kg per hari masih bisa bertahan, meski beberapa diantaranya harus mengecilkan ukuran hasil produksi.