
Fenomena Baru Milenial Tajir Singapura: Borong Bungalow Mewah

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada fenomena baru di kalangan milenial kaya Singapura. Mereka berlomba-lomba memburu bungalow kelas atas, rumah mewah atau villa yang berasal dari zaman kolonial.
Rata-rata rumah itu berukuran 1.400 meter. Rumah-rumah itu terletak di wilayah rindang di distrik utama negara kota itu.
Hal ini terlihat dari data riset properti Kinght Frank. Jumlah bungalow mewah yang terjual tahun lalu, naik tiga kali lipat menjadi 60, dari 2019.
Padahal di Singapura, jumlah rumah seperti itu amatlah minim. Hanya ada 2.500 bush.
"Orang kaya yang lebih tua tidak mungkin menerima harga saat ini," kata kepala bungalow kelas atas dan prestise yang diterima di perusahaan real estate yang berbasis di Singapura, PropNex Realty, Henry Lim, mengutip Business Times yang mengutip Bloomberg, Senin (14/2/2022).
"Orang kaya baru memiliki dana yang lebih mudah diakses... Bagi mereka, ini adalah 'Jika saya mampu, saya akan membeli'," tambahnya.
Hal senada juga dikatakan Direktur Eksekutif Penelitian Savills Plc Singapura Alan Cheong. Ia mengatakan bagi anak-anak muda, membeli bungalow adalah cara untuk menunjukkan bahwa mereka menghasilkan dan memiliki uang, bukan metode melestarikan kekayaan.
"Ini lebih merupakan kasus ingin orang tahu bahwa mereka menghasilkan uang," kata Cheong.
"Mereka tidak berpikir seperti orang kaya tua. Mereka tidak mencoba membuat setiap sen yang mereka habiskan berharga."
Salah satu milenial kaya yang membeli properti mahal adalah Chief Executive Officer (CEO) Three Arrows Capital, Su Zhu. Dia dan istrinya diberikan opsi untuk membeli sebuah bungalow di daerah kelas atas Bukit Timah dengan harga hampir SG$ 49 juta atau sekitar Rp 521 miliar (asumsi Ro 10.600/SG$).
Keinginan Zhu yang berusia 30-an, adalah untuk membeli semua bungalow kelas yang bagus dan mengubahnya menjadi taman dan pertanian regeneratif. Ini bahkan ia tulis di Twitter pribadinya.
Salah satu rumah di dekat Singapore Botanic Gardens, Situs Warisan Dunia UNESCO, juga diketahui dibeli oleh pendiri platform pemasaran e-commerce Stamped.io, Tommy Ong. Pria berusia 30 tahun ini kemudian menjualnya ke WeCommerce yang berbasis di Kanada seharga US$ 110 juta atau Rp 1,5 triliun (asumsi Rp 14.300/US$) tahun lalu.
"Kini harganya mencapai rekor SG$ 4.291 (Rp 45,6 juta) per kaki persegi dengan total biaya SG$ 63,7 juta (Rp 677 miliar)," tulis Bloomberg mengutip media lokal.
Sementara Dan Ian Ang, co-founder berusia 29 tahun dari startup lokal tercinta Secretlab, diketahui telah mengeluarkan SG$ 36 juta (Rp 382 miliar), juga untuk properti, menurut surat kabar lokal Straits Times. Secretlab sendiri adalah perusahaan rintisan pembuat kursi ergonomis untuk para gamer.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Tarik Kecap-Saus ABC Buatan RI, Begini Faktanya