Terbiasa Pakai LPG, Butuh Upaya Beralih ke Kompor Listrik

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
14 February 2022 14:10
Kompor Induksi. (Dok: PLN)
Foto: Kompor Induksi. (Dok: PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) tengah mengupayakan penggunaan kompor induksi atau kompor listrik, sebagai upaya peralihan penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG) yang sekitar 80% bahan baku gasnya masih dilakukan impor. Namun, peralihan penggunaan LPG ke kompor listrik butuh upaya ekstra dan penuh tantangan.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan, bahwa diperlukan usaha yang luar biasa dalam peralihan penggunaan ke kompor listrik ini. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi menyeluruh atas penggunaan kompor listrik yang lebih efisien ini.

"Perlu sosialisasi secara massif namun di negara-negara lain tidak ada masalah dan gaya hidup di Indonesia pun akan menuju ke sana, perlu effort namun akan diusahakan sebaik-baiknya dari top to down dan juga sebaliknya," kata Darmawan kepada CNBC Indonesia, Senin (14/2/2022).

Untuk mendukung peralihan ini, PLN berharap pemerintah bisa membantu masyarakat beralih daya listrik dari yang 450 watt - 900 watt menjadi daya 2.200 watt. Jika peralihan daya itu berlangsung, Darmawan mengatakan, pihaknya akan memberikan diskon peralihan daya dan pemasangan kompor listrik.

"Banyak penggunaan listrik dayanya masih 900 watt, perlu ada strategi khusus dalam menambah daya jadi 2.200 watt. Penambahan daya akan difasilitasi," kata Darmawan.

Bukan cuma itu, menurut Darwaman, kelak penggunaan listrik untuk kompornya pun akan tetap subsidi. Pasalnya, akan ada teknologi penghitungan yang dimiliki PLN yang bisa dihitung dan untuk penerima subsidi akan tetap mendapatkannya meski sudah beralih ke kompor listrik.

Adapun untuk keluarga yang sudah mampu, PLN pun memastikan dengan penggunaan kompor listrik akan lebih murah dibandingkan penggunaan LPG. Darmawan pun akan memfasilitasi jika ada masyarakat yang ingin menaikan daya, termasuk ke depan menyiapkan utensil yang sesuai untuk kompor listrik hingga ke pasar tradisional.

"Kami akan memastikan kompor dan peralatan lainnya mudah didapatkan, bahkan di pasar tradisional sekalipun," jelas Darmawan.

Darmawan menjabarkan, bahwa penggunaan 1 Kilogram (kg) LPG setara dengan penggunaan 7 kilo Watt hour (kWh) listrik. Tentunya, misalnya dengan pembelian gas LPG melon berkisar Rp 7.000 per kg (angka subsidi), maka penggunaan dengan kompor listrik jadi lebih murah.

"Jadi seakan-akan penggunaan 1 kg LPG melon itu murah, padahal di situ ada subsidi. Menggunakan induksi listrik lebih murah, tapi memang ada distorsi listrik karena subsidi yang perlu dikoreksi, listrik Rp 10 ribu, LPG Rp 7 ribu (subsidi). Perlu ada matching, kalo listrik lebih murah ada insentif dari listrik," ungkap Darmawan.

Darmawan mengatakan bahwa, tantangan menggunakan kompor listrik saat ini adalah berkenaan dengan pola atau gaya hidup dalam penggunaan LPG. Maka dari itu, perlu disosialisasikan lebih mendalam bahwa penggunaan kompor listrik akan lebih efisien dan ramah lingkungan ketimbang penggunaan LPG.

Ia membeberkan bahwa saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sedang melakukan asseesment secara menyeluruh termasuk realokasi LPG untuk percepatan ke listrik.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Kesal Impor LPG Sampai Rp 80 T, PLN Berikan Solusi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular