
Perang Minggir Dulu, Riset Sebut Bumi Kini di Masa Kepunahan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bumi saat ini mendapatkan ancaman baru. Selain pandemi Covid-19 dan kemungkinan perang akibat panasnya Rusia melawan Ukraina, AS dan NATO, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kehidupan di bumi sedang berada dalam ancaman kepunahan massal.
Dalam sebuah studi di portal Studyfinds.com, University of Hawai'i di Mānoa dan Muséum National d'Histoire Naturelle di Paris mengungkapkan bahwa ancaman kepunahan ini dimotori oleh aksi manusia dan bukan bencana alam. Ini terkait kepunahan spesies yang meningkat drastis.
Secara khusus, penelitian mereka mengungkapkan bahwa 7,5% hingga 13% dari dua juta organisme hidup berbeda yang menghuni planet ini kini telah punah. Selain itu, peneliti menghitung sekitar 150 ribu hingga 260 ribu spesies di darat, laut, atau udara tidak ditemukan lagi pada tahun 2022.
"Tingkat kepunahan spesies yang meningkat drastis dan penurunan kelimpahan banyak populasi hewan dan tumbuhan didokumentasikan dengan baik, namun beberapa menyangkal bahwa fenomena ini sama dengan kepunahan massal," kata penulis utama studi ini, Robert Cowie, profesor riset di UH Mānoa Pacific Biosciences Research Center, dikutip Senin (14/2/2022).
Sementara itu, secara habitat, peristiwa kepunahan massal ini mempengaruhi kehidupan di darat pada tingkat yang berbeda daripada di lautan. Di darat, tim peneliti menemukan spesies pulau berada pada risiko kepunahan yang lebih tinggi daripada di benua yang lebih besar.
Tak hanya itu, penelitian itu juga menyimpulkan bahwa tanaman tampaknya lebih tahan terhadap kepunahan daripada hewan. Sayangnya tak dijelaskan secara detil rinciannya.
Menurut Cowie, saat ini masih banyaknya penyangkalan mengenai kepunahan akibat manusia. Ini didasarkan pada penilaian bahwa manusia hanya sebagian kecil spesies bumi yang tidak terlalu memegang peranan penuh dalam kondisi planet ini.
"Manusia adalah satu-satunya spesies yang mampu memanipulasi biosfer dalam skala besar," tambahnya.
"Kami bukan hanya spesies lain yang berevolusi dalam menghadapi pengaruh eksternal. Sebaliknya, kita adalah satu-satunya spesies yang memiliki pilihan sadar mengenai masa depan kita dan keanekaragaman hayati Bumi."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]