Ibu Kota Pindah Tak Ngaruh Banyak ke Proyek Kereta Cepat!
Jakarta, CNBC Indonesia - PT KCIC mengungkapkan, pemindahan ibu kota negara tidak berdampak signifikan bagi prospek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Hanya saja, pandemi diakui akan jadi salah satu tantangan ke depan.
"Pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan pengaruhnya tidak begitu besar terhadap permintaan penumpang KCJB. Karena Jakarta masih akan jadi pusat ekonomi, perdagangan, dan bisnis utama, mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Ditambah lagi, pertumbuhan daerah industri di sepanjang trase yang dilalui KCJB," kata GM Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia, Sabtu (12/2/2022).
Hal ini merespons hasil studi yang menyebutkan pemindahan ibu kota negara bisa menekan potensi penumpang KCJB hingga 50%.
"Hasil riset Polar UI di tahun 2021 menunjukkan demand and forecast KCJB pada tahun 2023 adalah sebanyak 31.215 penumpang per hari. Kajian ini merupakan pembaharuan atas kajian yang oleh LAPI ITB di tahun 2015 yang menghasilkan proyeksi penumpang sebesar sebanyak 61.157 penumpang per hari," jelasnya.
Ratri menambahkan, adanya penurunan permintaan penumpang antara hasil riset LAPI ITB dan Polar UI karena kajian terbaru telah mempertimbangkan perkembangan dan situasi terkini.
"Di antaranya adanya Tol Layang Jakarta-Cikampek dan dampak akibat kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020. Pandemi Covid-19 membuat ruang gerak masyarakat dibatasi dan hal itu berimbas pada turunnya mobilitas warga. Kondisi ini diprediksi masih akan berimbas pada demand dan forecast KCJB hingga 5 tahun ke depan. Tergantung kondisi dan penanganan Covid-19 di Tanah Air," kata Ratri.
Karena itu, lanjut dia, berdasarkan hasil kajian dan riset yang dilakukan oleh tim Polar UI, rencana pemindahan ibuu kota negara tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung
(dce/dce)