Sebelum Jokowi, Tommy Soeharto Gelar MotoGP Duluan di RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Maret 2022 nanti Indonesia akan menggelar MotoGP di sirkuit baru milik Indonesia, Mandalika, Nusa Tenggara Barat. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sedang mempersiapkannya.
MotoGP Mandalika 2022 ini bukanlah MotoGP pertama yang diadakan di Indonesia. Lebih dari seperempat abad silam, Indonesia sudah pernah mengadakan MotoGP pada 1996 dan 1997, di Sentul, Bogor.
Pada 1996 dan 1997, Moto GP diadakan di Sentul. Pada 1996, juara Moto GP di Sentul adalah Mick Doohan di kelas 500cc, Tetsuya Harada di kelas 250cc dan Masaki Takudome di kelas 125cc. Pada 1997, Tadayuki Okada menang di kelas 500cc, Max Biaggi di kelas 250cc. Musuh bebuyutan Biaggi, Valentino Rossi, kala itu juara di kelas 125cc.
Sirkuit Sentul, menurut laporan Tempo, dibangun dengan menelan biaya sebesar Rp 120 miliar. Pada 22 Agustus 1993, sirkuit itu diresmikan Presiden Soeharto. Kala itu, sirkuit ini dipuji sebagai sirkuit kelas dunia.
Ketika sirkuit itu baru jadi Indonesia Grand Prix 1993 digelar di sana. Banyak pembalap dari Australia terlibat. Beberapa pembalap Indonesia yang ikut serta terdapat Tinton Soeprapto, Tommy Soeharto dan Aswin Bahar. Pembalap asal Australia merajai balap mobil tersebut.
Sirkuit Sentul, disebut-sebut ide awalnya berasal dari Tinton Soeprapto. Ketua Umum IMI DKI Jakarta, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto mendukung ide Tinton itu. PT Sarana Sirkuitindo Utama lalu didirikan.
Kala itu Sirkuit Ancol sudah dianggap tidak ideal lagi. AR Loebis dalam Tinton Soeprapto-Ananda Mikola Dari Balap Ke Balap (1999:30) menyebut pada 1985, tujuh penonton tewas setelah sebuah mobil balap keluar dari pembatas.
Konon, PT Sarana Sirkuitindo Utama berdiri setelah mereka mendapat tanah hibah seluas 140 hektar dari Menteri Pemuda dan Olahraga Akbar Tanjung dan Menteri Pekerjaan Umum Radinal Mochtar.
"Saya melihat kegiatan olahraga mobil dan motor memiliki peminat besar di kalangan generasi muda kita," kata Akbar Tanjung seperti dikutip AR Loebis. Padahal kala itu mobil masih barang mewah bagi kebanyakan orang Indonesia dan pemuda yang bisa memiliki mobil belumlah sebanyak saat ini.
Tinton dan abangnya Suparto bolak-balik ke Paris, menemui pejabat Fédération Internationale du Sport Automobile (FISA) bagian dari Fédération Internationale de l'Automobile (FIA) untuk berdiskusi mengenai gambar desain sirkuit yang hendak dibangun.
Setelah diskusi dengan pejabat FISA, mereka mengubah desain sirkuit dengan mengurangi tikungan. Kemudian lahan yang terpakai untuk jalur balap adalah 6,5 km. Lebar jalur sirkuit adalah 15 meter. Sirkuit itu direncanakan akan mampu menampung 20 ribu penonton.
"Impian Tinton dan Tommy agar Sirkuit Sentul dijadikan tempat balapan Formula 1 belum terwujud. Namun, kegiatan lomba dunia superbike (sejak 1994) dan Indonesia Grand Prix (1996-1997) sudah diadakan di tempat itu," tulis AR Loebis. Impian itu belum pernah terlaksana, apalagi setelah Soeharto lengser.
Sebelum ada Sirkuit Sentul, Sirkuit Ancol sudah jadi arena balap sejak era 1960-an. Dimana Tinton pernah jadi juara dan akhirnya mengelola sirkuit tersebut sejak 1975, jadi Tinton punya pengalaman ketika mengelola Sirkuit Sentul
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)