Ini Saran Kang Emil Agar IKN Tak Bernasib Jadi Kota Mati

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Kamis, 10/02/2022 20:30 WIB
Foto: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di acara Investasi Jawa Barat Juara, "West Java Investment Report" (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menawarkan konsep pembangunan kawasan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Menurut dia ada formula yang harus dipenuhi supaya menjadi kota yang hidup.

"Ada rumus dalam ilmu saya itu 3D yaitu, Desain, Density, dan Diversity. Desain saja tanpa diversity itu seperti yang terjadi di Sudirman - Thamrin hanya kantor saja, habis magrib tidak ada kegiatan. Jadi fungsinya harus campuran," jelasnya.

Menurut dia Urban Planning Modern saat ini tidak memisah fungsi itu, sehingga harus campuran. Selain itu juga pengembangan seperti kota hijau berkelanjutan hingga smart city sebagai pelengkap.


Selain itu saat masuk ke istana negara tidak kaku, supaya seperti masuk kawasan khusus yang dibangun dalam wilayah tanah yang luas. Melainkan bagian dari urban desain.

"Saya simpulkan mudah-mudahan sayembara masterplan sudah terjadi alhamdulillah. Sekarang tinggal mengawal filosofi value perkotaan yang baik saya doakan tidak gagal oleh kepentingan pengen cepet dan sebagainya, kemudian yang saya lihat asosiasi tidak dilibatkan secara penuh," jelasnya.

Selain itu menurutnya bila IKN hanya mengandalkan populasi dari aparatur negara akan membuat kota itu mati. Sehingga golongan masyarakat non pemerintahan juga harus didorong untuk pindah ke sana.

"Bisa diandalkan seperti kota Washington. Semua masyarakat harus ada di situ dari kelas bawah, menengah elite. Nggak bisa hanya rapi untuk kelas atas saja," jelasnya.

Ia juga mengusulkan Presiden Joko Widodo menunjuk perwakilan dari asosiasi profesi arsitek sebagai penasehat untuk pembangunan Ibu Kota Negara baru. Supaya semua pembangunan terencana dengan baik.

"Presiden punya otoritas, itu selera dia. Tapi kalau boleh mengusulkan harus ada pendamping dari Asosiasi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), IAI harusnya juga mengusulkan diri menjadi pembisik atau penasehat presiden," kata RK.

Melihat saat ini ada perdebatan desain istana yang menyerupai burung garuda besar, dengan biaya pembangunan hingga Rp 2 triliun. Dimana menurut Kang Emil terlalu mubazir untuk pembangunan satu fungsi gedung.

Selain itu dia mengatakan pembangunan IKN ini seharusnya menjadi momen IAI punya sikap untuk didengar masyarakat. Hal ini karena pembangunan fasilitas pemerintahan itu menyangkut nama baik bangsa di masa depan.

Insinyur lulusan ITB ini juga mengatakan kesuksesan asosiasi terlihat ketika menjadi penasehat presiden. Dimana menurut dia saat ini belum ada.

"Nah sekarang gak ada dimana keputusan diambil dari pembisik pembisik yang saya tahu punya kepentingan atau tidak. Tapi kalau ada forum yang bentuknya TPAK maka di saya merasa itu cara demokratis supaya IKN ini membanggakan," jelasnya. 


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini