Tekan Impor LPG, 8,2 Juta RT Ditargetkan Pakai Kompor Listrik
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) karena impor bahan bakar untuk memasak ini terus membengkak setiap tahunnya.
Tak tanggung-tanggung, sekitar 80% pasokan LPG nasional dipasok dari impor, tepatnya sekitar 6-7 juta ton per tahun.
Salah satu upaya untuk mengurangi impor LPG ini yaitu dengan menggencarkan program konversi kompor LPG ke kompor listrik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, hingga 2025 pemerintah menargetkan 8,2 juta rumah tangga menggunakan kompor listrik sebagai pengganti LPG.
"Kita juga akan mengurangi impor LPG yang telah menyerap devisa kita. Kita targetkan kompor listrik bisa digunakan di 8,2 juta rumah tangga selama 2021-2025," ungkapnya dalam 'Mandiri Investment Forum 2022', Rabu (09/02/2022).
Dia juga memaparkan, jumlah pemakai kompor listrik ini ditargetkan naik lagi menjadi 18,2 juta rumah tangga hingga 2030, lalu naik lagi menjadi 28,2 juta rumah tangga pada 2035.
Tak sampai di situ, pada 2040 ditargetkan naik lagi menjadi 38,2 juta rumah tangga menggunakan kompor listrik, lalu 48,2 juta rumah tangga pada 2050, dan 58 juta rumah tangga pada 2060 mendatang.
Tak hanya dengan mengalihkan ke kompor listrik, Arifin mengatakan, pemerintah juga akan menggencarkan jaringan gas kota (jargas) sebagai pengganti LPG untuk rumah tangga maupun bisnis.
Dia memaparkan, pemerintah juga menargetkan 8,2 juta rumah tangga bisa menggunakan jargas hingga 2025, lalu naik menjadi 10 juta rumah pada 2030, 15,3 juta pada 2035, 20,3 juta rumah tangga pada 2040. Kemudian, bisa naik lagi menjadi 23,4 juta rumah tangga pada 2050 dan 23,9 juta rumah tangga pada 2060 bisa mengakses jargas sebagai pengganti LPG.
"Kita juga harus menggencarkan jargas untuk mengurangi impor LPG," ujarnya.
Arifin mengatakan, selain untuk menekan impor LPG, penggunaan kompor listrik dan jargas juga sebagai bagian dari upaya menekan emisi karbon dari 198 juta ton karbon dioksida (CO2) pada 2021-2025 menjadi 1,5 miliar ton CO2 pada 2060 mendatang.
(wia)