Dunia Bakal Dilanda Krisis Utang, RI Gimana Bu Sri Mulyani?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
09 February 2022 14:28
KOMISI XI DPR RI RAPAT KERJA DENGAN MENTERI KEUANGAN RI, SRI MULYANI (Tangakapan Layar Youtube)
Foto: KOMISI XI DPR RI RAPAT KERJA DENGAN MENTERI KEUANGAN RI, SRI MULYANI (Tangakapan Layar Youtube)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui jika kenaikan utang terjadi di banyak negara selama pandemi Covid-19. Bahkan peningkatannya cukup signifikan melebih batas yang selama ini pernah terjadi.

Menurutnya, lonjakan utang selama pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga negara maju. Namun, dibandingkan negara-negara tersebut ia menyebutkan bahwa kondisi Indonesia masih lebih baik.

"Tetapi jika Anda membandingkan dengan banyak negara berkembang lainnya, yang mereka belum pulih ke tingkat PDB pra-pandemi, defisit fiskal mereka jauh, jauh lebih dalam daripada Indonesia," ujarnya dalam acara Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2/2022).

Pada tahun lalu, Indonesia bahkan berhasil memperkecil defisit dari yang diperkirakan sejak awal. Defisit terealisasi 4,65% jauh lebih kecil dibandingkan rencana awal sebesar 5,7% dalam APBN 2021. Meski belum bisa kembali ke masa sebelum pandemi namun lebih baik.

"Dengan defisit yang semakin meningkat, maka rasio utang terhadap PDB pemerintah tentu akan meningkat. Hal ini juga terjadi di banyak negara lain di dunia," jelasnya.

Ia menjelaskan, kenaikan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun lalu hanya sebesar 10,8% menjadi 41%. Lebih baik dari negara lain seperti Filipina yang kenaikannya hingga 22,1% menjadi 59,1% terhadap PDB.

Kemudian ada juga kenaikan rasio utang yang terjadi pada Thailand sebesar 17% menjadi 58%. Lalu ada India yang rasio utangnya naik 16,5% menjadi 90,6% serta Myanmar naik 13,6% menjadi 70,7% terhadap PDB nya.

Lanjutnya, kondisi Indonesia lebih baik karena keberhasilan kebijakan yang dilakukan pemerintah serta koordinasi yang kuat dengan berbagai stakeholder. Dengan demikian maka konsolidasi fiskal bisa dilakukan sesuai dengan amanat UU.

"Saya pikir kita dapat menilai bahwa Indonesia melakukannya dengan relatif baik, dalam menggunakan instrumen kami agar kami dapat mengurangi konsekuensi pandemi Kita sekarang menyaksikan proses pemulihan, yang sangat disambut baik," kata dia.

Sebelumnya, Joseph Eugene Stiglitz, Peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi tahun 2001 menyampaikan kekhawatirannya terhadap lonjakan utang dunia akibat pandemi di tahun lalu.

Apalagi pada tahun 2020 saja, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat utang seluruh dunia sudah mencapai US$ 226 triliun. Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 14.343 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 17 Desember 2021, maka utang pemerintah itu mencapai Rp 3.241.518.000.000.000.000. Tiga juta triliun rupiah.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkeu Yakin Bisa Bayar Utang RI Rp7.000 T, Duit Dari Mana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular