Misteri Stok Migor di Minimarket Langsung Ludes, kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel modern, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) mengakui, tingkat pemenuhan pasokan minyak goreng saat ini masih terbatas.
"Kalau di kami, begitu ada barang langsung kita gelontorin. Sejak awal pemerintah menetapkan harga Rp14.000 per liter, kami langsung gunakan stok awal. Tinggal kita lakukan rafaksi. Kemudian, kita ajukan PO ke distributor. Service level atau tingkat pemenuhannya memang saat ini masih 15%," kata Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).
Sebelumnya, Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) memprediksi ada setidaknya ada 400 ribu kiloliter stok minyak goreng dalam kemasan dan curah yang tertahan di level pedagang. Diduga akibat kekhawatiran soal pembayaran selisih harga yang disubsidi pemerintah lewat BPDPKS.
"(Soal stok tertahan) tidak ada laporan ke saya. Tapi, memang sejak pemerintah menetapkan harga di Januari (Minyak Goreng Satu Harga Rp14.000 per liter), pemenuhan order kita rendah, di bawah 10%. Tapi, sekarang sudah ada perbaikan. Tadinya hanya 300 ribuan liter, sekarang sudah 900 ribuan liter. Sekitar 15% dari permintaan kami. Ke depan tentu akan semakin membaik," ujar Solihin.
Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, meski ada subsidi selisih harga dari dana BPDPKS, ternyata tidak bisa menutupi kekhawatiran pedagang sehingga masih ragu menjual semua stoknya ke pasar sesuai HET ditetapkan Permendag No 6/2022.
"BPDPKS mana mau terima dokumen saja, dia maunya bukti fisik. Berapa ribu outlet? Apakah BPDPKS bisa? Jadinya, macet. Perkiraan saya ada sekitar 400 ribu kiloliter minyak goreng yang tersandera di pedagang, total premium, kemasan sederhana, hingga curah. Itu stok sekitar 2 bulan," kata Sahat kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).
Terkait pengajuan rafaksi, Solihin menjelaskan, dilakukan langsung oleh distributor. Menurut dia, tidak ada kendala dalam proses pengajuan selisih harga, meski tidak dilakukan pemeriksaan fisik.
"Tidak ada masalah tuh. Tinggal dokumen saya, by data. Nggak mungkin fisik lah. Seperti kami (Alfamart) ada 17 ribuan toko, siapa yang mau nungguin fisiknya? Kita tinggal bayar ke distributor sesuai selisih harga untuk harga jual yang ditentukan pemerintah. Kita kan disuruh jual Rp14.000 per liter, tentu harga belinya di bawah itu. Selisih itu distrubutor langsung ke pemerintah," kata Solihin.
Untuk mencegah kekosongan di toko, Solihin berharap konsumen tidak melakukan pembelian berlebihan.
"Tidak usah panic buying, pemerintah menjamin stok cukup. Kalau masyarakat beli melebih kebutuhannya, kasihan yang lain. Jadinya katanya barang habis. Toh, kita batasi beli 2 liter juga kan nggak langsung habis segitu pemakaiannya," kata Solihin.
(dce/dce)