RI Harus Belajar dari AS Jika Tak Ingin 'Diamuk' Omicron

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
Rabu, 02/02/2022 13:44 WIB
Foto: cover topik/ Omicron Muncul di DKI Jakarta_konten / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia perlahan merangkak naik. Dalam beberapa hari terakhir, kasus harian melonjak cukup drastis, di atas 10.000.

Eskalasi peningkatan kasus tak lepas dari sebaran varian Omicron yang kian meluas. Sejak varian itu pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan menyebar ke sejumlah negara, terjadi peningkatan kasus secara masif.

Eks Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama lantas angkat bicara mengenai perkembangan kasus Covid-19, utamanya varian Omicron di Indonesia.


Tjandra mengutip artikel yang diterbitkan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS pada 28 Januari 2022 lalu yang berjudul 'Trends in Disease Severity and Health Care Utilization During the Early Omicron Variant Period Compared with Previous SARS-CoV-2 High Tranmission Periods - United States December 2020-January 2022.

Artikel tersebut membandingkan situasi Omicron di Amerika dibandingkan dengan situasi mereka saat menghadapi varian lain sejak 2020 lalu.

Tjandra yang mengutip artikel tersebut mengatakan varian Omicron bermula di Amerika Serikat 1 Desember 2021 dan menyebar secara cepat, dan pada 15 Januari 2022 diumumkan maka 99.5% spesimen sekuen di negara itu adalah Omicron.

"Akan baik kalau sekarang juga disampaikan luas ke publik tentang sudah berapa persen dominasi Omicron diantara varian-varian lain yang masih ada di negara kita," kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Rabu (2/2/2022).

Tjandra mengatakan publikasi CDC menunjukkan jumlah kasus yang tertinggi adalah ketika menghadapi Omicron, dibanding ketika mereka diserang varian Delta.

Kasus harian rata-rata tertinggi akibat Omicron di Amerika Serikat adalah 799.000 orang, dan angka ini lima kali lebih tinggi daripada rata-rata kasus harian tertinggi Delta negara itu, yaitu 164.000 orang.

Melihat data tersebut, Tjandra mengatakan dampak ke pelayanan kesehatan di Amerika ternyata lebih besar ketika Omicron daripada ketika varian Delta melanda.

"Bukan karena tingkat beratnya pernyakit tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi, sehingga walaupun persentase yang harus masuk rumah sakit lebih rendah dari Delta tetapi angka mutlaknya tetap saja tinggi," katanya.

Tjandra mengatakan. angka rata-rata harian masuk rumah sakit di AS karena varian Omicron adalah 22.000, dan ini 1,8 kali lebih tinggi daripada angka rata-rata harian masuk rumah sakit karena varian Delta, yaitu 12.000.

"Beban rumah sakit di Amerika Serikat ini tentu amat perlu kita antisipasi di negara kita, khususnya melihat pengalaman yang cukup tragis pada sekitar Juni dan Juli tahun yang lalu," katanya.

"Mudah-mudahan hal seperti tahun lalu tidak sampai terjadi lagi, dan untuk itu simulasi lapangan dan juga "table top exercise" tentu baik dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu, selain tentu kesiapan kita di lima hal, ketersediaan tempat tidur dan ruang rawat, obat dan alat kesehatan, sistem pelayanan di RS yang efisien dan aman, sistem rujukan dan yang paling penting adalah tenaga kesehatan," jelasnya.

Tjandra menegaskan deretan hal tersebut harus dilakukan karena kasus Covid-19 terus meningkat. Kasus harian saat ini sudah lebih dari 16 ribu orang per hari.

"Padahal sebelumnya pernah di angka sekitar seratus orang saja sehari, jadi sudah naik 150 kali lipat," tegasnya.


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkes Dipanggil Presiden, Lapor Soal Covid-19 & Cek Kesehatan