
Dihantam Krisis Chip, Jaguar Rugi Rp 172 Miliar

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis chip komputer global turut dirasakan pemain industri otomotif asal Inggris, Jaguar Land Rover (JLR). Perusahaan mengalami kerugian sebesar US$ 12 juta atau sekitar Rp 172 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$ sampai dengan September 2021.
Seperti diketahui, krisis semikonduktor melanda dunia setelah pandemi Covid-19 menyebabkan banyak pabrik chip harus tutup. Kini, krisis chip melanda setelah permintaan global meningkat cukup tajam lantaran tak diimbangi dengan kapasitas produksi.
Kepala Eksekutif JLR Thierry Bolloré mengatakan, penjualan ritel perseroan mengalami penurunan 37,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan hanya menjual sebanyak 80.126 kendaraan sampai dengan kuartal keempat 2021.
Meskipun terjadi penurunan produksi, pendapatan perusahaan tercatat sebesar £4,7 miliar, naik 22% dari kuartal sebelumnya.
Thierry mengatakan, produsen di seluruh dunia telah terpukul keras karena mereka berjuang untuk mengamankan pasokan semikonduktor.
"Sementara pasokan semikonduktor terus membatasi penjualan kuartal ini, kami terus melihat permintaan yang sangat kuat untuk produk kami menggarisbawahi keinginan kendaraan kami," kata Thierry Bolloré, dikutip BBC, Selasa (1/2/2022).
Namun, perusahaan juga memperingatkan bahwa mereka memperkirakan kekurangan chip akan berlanjut sepanjang tahun ini tetapi mengharapkan pasokan meningkat secara bertahap.
Itu membantu mendorong perusahaan induk JLR India, Tata Motors, mengalami kerugian 15,16 miliar rupee (£ 150 juta; $ 203,2 juta) untuk periode tersebut.
JLR juga mengatakan, permintaan pesanannya telah mencapai rekor tertinggi baru sekitar 155.000 kendaraan, karena permintaan yang kuat untuk Range Rover baru.
Chip sangat penting untuk mobil modern, dengan sejumlah fitur termasuk kontrol layar sentuh, rem darurat otomatis, kamera mundur, peralatan efisiensi bahan bakar, dan sistem penyebaran airbag yang semuanya mengandalkannya.
Tak hanya mobil buatan Jaguar, produsen mobil di seluruh dunia juga terkena dampak kelangkaan chip, gangguan rantai pasokan, pembatasan Covid-19, dan kenaikan harga bahan baku.
Raksasa industri motor termasuk Toyota, General Motors, Ford, Nissan, Daimler, BMW dan Renault, semuanya telah dipaksa untuk mengurangi produksi dalam beberapa bulan terakhir karena mereka berjuang untuk mendapatkan semikonduktor yang cukup.
(sys/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Mobil Jaguar Terjun Bebas, Drop Sampai Rp 1 Miliar!
