RI Belum Bebas dari Ancaman, Simak Hal Ini Baik-baik!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi yang tidak kunjung usai membuat aktivitas perekonomian belum sepenuhnya pasti menuju capaian yang positif. Sederet ancaman masih akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
"Kita lihat 2022 berbagai risiko kita bisa bilang 2022 tidak kalah menantang dibandingkan 2021," ungkap Direktur Jenderal Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Lucky Alfirman, dalam Launching dan Pembukaan Masa Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI021, Senin (24/1/2022).
Di tahun 2022, risiko global seperti tapering dari Amerika Serikat (AS) hingga melonjaknya pandemi masih menjadi hal yang harus dihadapi perekonomian, khususnya Indonesia.
"Ada tapering kenaikan suku bunga, outflow emerging market itu berbagai risiko yang harus dihadapi, itu bagaimana transmisinya ke perekonomian domestik akan seperti apa," terangnya.
"Kini ada varian omicron. Kita nggak boleh lengah dan harus waspada menghadapi varian omicron ini, kemudian bagaimana living with endemi, karena covid tak akan hilang. Itu adalah risiko yang harus diwaspadai," tegas Lucky.
Hal ini juga akan mempengaruhi upaya penerbitan surat utang negara. Pada tahun depan, pembiayaan masih dibutuhkan untuk menutupi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang sebesar 4,85% PDB atau Rp 868 triliun
Pemerintah akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 991,3 triliun . Secara bruto SBN yang diterbitkan Rp 1.300,1 triliun.
Pada rinciannya SBN bruto meliputi penerbitan domestik reguler akan memakan porsi terbesar, yaitu sebanyak 78-83%. Selanjutnya SBN valuta asing (valas) 11-14% dan SBN ritel 6-8%.
"Pemerintah terus bekerja keras menutupi defisit tersebut, salah satunya dari sumber daya domestik, mengurangi ketergantungan dari luar," ujar Lucky
(mij/mij)