
Bos IMF Khawatir dengan The Fed: Bak Siram Air Dingin!

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve System (The Fed) dapat "menyiram air dingin" pada pemulihan ekonomi di negara-negara tertentu. Kenaikan suku bunga AS dapat memiliki implikasi signifikan bagi negara-negara dengan tingkat utang dalam mata uang dolar yang lebih tinggi.
Dia mengatakan sangat penting untuk The Fed mengkomunikasikan rencana kebijakannya untuk mencegah "kejutan". Suku bunga AS yang lebih tinggi dapat membuat negara-negara menjadi lebih mahal untuk membayar utang berdenominasi dolar mereka.
"Bertindak sekarang. Jika Anda dapat memperpanjang jatuh tempo, silakan lakukan. Jika Anda memiliki ketidakcocokan mata uang, sekaranglah saatnya untuk mengatasinya," kata Georgieva kepada negara-negara dengan tingkat utang berdenominasi dolar yang tinggi, dikutip dari CNBC International, Senin (24/1/2022).
Selain itu, dia menambahkan bahwa kekhawatiran terbesarnya adalah negara-negara berpenghasilan rendah dengan tingkat utang yang tinggi. Dengan dua pertiga sekarang berada dalam kesulitan utang, yang jumlahnya naik dua kali lipat dari tahun 2015.
Di sisi lain, IMF memperkirakan pemulihan ekonomi global akan berlanjut, meski hal ini dikatakan kehilangan beberapa momentum. Karena itu, Georgieva menyarankan bahwa resolusi Tahun Baru untuk pembuat kebijakan harus memiliki fleksibilitas kebijakan.
"(Tahun) 2022 seperti menavigasi rintangan," katanya, mengingat risiko seperti kenaikan inflasi, pandemi Covid-19, dan tingkat utang yang tinggi.
IMF memperingatkan pada Desember bahwa utang global mencapai US$ 226 triliun pada tahun 2020. Ini kenaikan satu tahun terbesar sejak Perang Dunia II.
Berkenaan dengan inflasi, Georgieva menekankan bahwa masalahnya ini sangat spesifik per negara. "Kekhususan negara itulah yang membuat 2022, dengan cara tertentu, bahkan lebih sulit daripada 2020," kata Georgieva.
"Pada tahun 2020, kami memiliki kebijakan serupa di mana-mana karena kami melawan masalah yang sama, ekonomi terhenti. Pada 2022, kondisi di negara-negara sangat berbeda, jadi kami tidak bisa lagi memiliki kebijakan yang sama di mana-mana, itu harus spesifik negara dan itu membuat pekerjaan kami di 2022 jauh lebih rumit," pungkasnya.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Minta Bank Sentral Bersiap Atasi InflasiTak Terkendali