Internasional

Barang-barang 'Hilang' di Supermarket AS, Ini Biang Keladinya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 January 2022 15:10
A shopper walks past empty shelves in the meat aisle of a supermarket in Manchester, Britain, September 21, 2021. REUTERS/Phil Noble
Foto: Seorang berjalan melewati rak-rak kosong di lorong daging sebuah supermarket di Manchester, Inggris, 21 September 2021. (REUTERS/Phil Noble)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) saat ini mengalami krisis kelangkaan pasokan kebutuhan sehari-hari. Hal ini terlihat dari laporan kosongnya rak-rak supermarket di beberapa lokasi negara itu.

Dalam laporan Reuters, para konsumen disebut-sebut telah mengeluhkan hal ini dalam sebuah video yang viral. Hal-hal seperti sayur, pasta dan daging kosong di beberapa cabang supermarket Walmart. Bahkan, tisu dan produk kebersihan rumah di Publix dan Cotsco pun juga dilaporkan hilang.

Kelangkaan barang-barang ini bukanlah tanpa sebab. Ada beberapa hal seperti tingginya harga pengiriman barang hingga kekurangan staf akibat penyebaran Covid yang menyebabkan terjadinya kelangkaan ini.

Menurut salah satu perusahaan pemasok sayuran seperti bawang dan asparagus, Owyhee Produce, harga pengiriman barang bahkan naik tiga kali lipat. CEO perusahaan itu, Shay Myers, mengatakan kenaikan ini dipengaruhi oleh badai salju dan es baru-baru ini yang mengganggu lalu lintas. 

"Kami biasanya akan mengirimkan, Pantai Timur ke Pantai Barat, dengan harga sekitar USD 7.000. Hari ini berkisar antara USD 18.000 dan USD 22.000," ujarnya pada Sabtu (15/1/2022).

Ia sendiri mengaku bahwa perusahaannya saat ini masih melakukan penimbunan barang mengingat komoditas pangan yang diproduksi bukanlah komoditas yang mudah rusak dan busuk.

"Barang seperti makanan kaleng, soda, keripik itu tidak dikirimkan karena mereka tidak mau membayar dua kali lipat, tiga kali lipat ongkos kirim, dan barang-barang mereka tidak rusak dalam empat hari," katanya.

Di sisi lain, Wakil Presiden Komunikasi dan Penelitian Asosiasi Merek Konsumen AS, Katie Denis, menyalahkan kelangkaan tersebut pada minimnya tenaga kerja. Kehilangan ini disebabkan oleh penularan varian Omicron yang mulai menginfeksi para pekerja.

"Industri barang dalam kemasan konsumen kehilangan sekitar 120.000 pekerja dan hanya 1.500 pekerjaan yang ditambahkan bulan lalu," katanya.

Sementara itu, Denis sendiri juga mengatakan konsumen terus menimbun bahan makanan akibat keputusan mereka untuk di rumah demi mengekang penyebaran varian. Ia menyebut permintaan komoditas selama lima bulan terakhir setinggi atau bahkan lebih tinggi dari pada Maret 2020 di awal pandemi.


(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Krisis? Viral Rak Supermaket Kosong Melompong, Tisu Hilang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular