
Wow! Thailand Kembangkan Vaksin Covid Baru dari Tembakau

Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand akan mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis tanaman pertama. Ini akan dikembangkan oleh perusahaan rintisan (startup) Baiya Phytopharm.
Melansir CNBC International, startup didirikan oleh Dr. Suthira Taychakhoonavudh dan Dr. Waranyoo Phoolcharoen pada tahun 2018. Rencananya, vaksin baru menggunakan daun tanaman tembakau asal Australia.
Suthira, dosen berusia 37 tahun di Universitas Chulalongkorn, mengatakan dia dan tim ilmuwannya ingin membuat perbedaan. Thailand diharapkan bisa berubah dari importir vaksin menjadi pembuat vaksin.
Perusahaan menyelesaikan uji coba manusia fase satu dari vaksin Covid-19 berbasis tanaman pada Desember 2021. Hingga kini belum ada vaksin Covid-19 berbasis nabati di dunia, meskipun setidaknya satu vaksin lain selain Baiya sedang dikembangkan.
"Sejauh ini, yang kami tahu adalah ... semua sukarelawan selamat. Dan melihat profil keamanannya, kami sangat senang," kata Suthira, dikutip Senin (17/1/2022).
Dia menambahkan masih terlalu dini untuk memastikan tingkat kemanjurannya. Tetapi tujuannya adalah menggunakan vaksin yang tersedia sebagai patokan.
Perusahaan farmasi tersebut mengatakan mereka mengharapkan uji coba fase dua dimulai pada Februari 2022. Sementara, uji coba fase tiga pada Juni 2022 mendatang.
Ia berharap bisa menyerahkan data ke Administrasi Makanan dan Obat Thailand untuk persetujuan vaksin pada kuartal ketiga atau keempat 2022. Perusahaan mengatakan dapat dengan cepat meningkatkan kapasitas produksinya jika vaksin disetujui.
"Saat ini fasilitas kami dapat memproduksi sekitar lima juta dosis vaksin per bulan, yaitu sekitar 60 juta dosis vaksin per tahun," kata Suthira, menambahkan fasilitas produksi yang sama akan mampu memproduksi vaksin tidak hanya untuk Thailand tetapi juga untuk kawasan sekitar.
Lebih lanjut, ia mengatakan Baiya ingin menunjukkan bahwa Thailand dapat menemukan vaksin dan obat baru untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakatnya sendiri. Perusahaan ini menggunakan tanaman tembakau yang sama untuk mengembangkan obat anti kanker dan perawatan anti penuaan.
Sebagai sebuah start-up, Baiya masih belum menghasilkan uang, tetapi Suthira mengatakan tujuannya bukan untuk memaksimalkan keuntungan. Melainkan untuk membangun industri penelitian yang kredibel di Thailand yang akan menarik bakat dari generasi berikutnya.
"Dan kami ingin menjadikan produk farmasi yang kami hasilkan menjadi produk yang terjangkau. Tidak hanya bagi masyarakat Thailand tetapi juga bagi masyarakat lain yang tidak memiliki akses terhadap obat-obatan," kata Suthira.
Baiya adalah perusahaan Thailand pertama yang memasuki CU Innovation Hub universitas. Ini adalah sebuah pusat penelitian untuk perusahaan rintisan, untuk mengembangkan teknologi untuk memproduksi protein rekombinan yang dapat menghasilkan obat-obatan dan vaksin.
Start-up berusia tiga tahun ini didanai oleh hibah dari Alumni Universitas Chulalongkorn dan pemerintah Thailand. Ini juga telah mengumpulkan sekitar US$ 3 juta dari latihan crowdfunding.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak Tembus 1.000!