
Skenario Terburuk Omicron Meledak, Stok Tabung Oksigen Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai masuknya varian baru Omicron di Indonesia, ada kekhawatiran mengenai munculnya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia. Berkaca dari gelombang kedua di tahun lalu, dimana persediaan tabung dan gas oksigen menjadi langka di masyarakat karena banyak pasien bergejala berat efek varian delta.
Meski, dari berbagai penelitian, varian Omicron diyakini lebih 'jinak' alias bergejala ringan. Namun, apakah saat ini ada kecenderungan warga mengantisipasi dengan mulai mencari persediaan tabung oksigen, dari ramalan puncak Omicron di Februari 2021.
Apa kata pedagang soal ramalan ini?
Rizky Julian, pemilik Rizky Oksigen yang berada Jl. Gondang Sari, Pasar Rebo, Jakarta Timur mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat belum banyak yang memburu tabung gas oksigen. Fenomena Juni-Agustus 2021 lalu karena varian delta tampaknya tak terjadi kali ini.
"Saat itu kenaikan drastis, hilangnya drastis gitu saja. Padahal saat itu (Juni-Agustus 2021) kasus lagi tinggi-tingginya. Seminggu setelah itu hilang kaya nggak ada Covid," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/1/22).
Ia bilang momen tingginya permintaan tabung kala itu dinilai hanya sesaat, setelah kasus menurun permintaan pun jatuh. Namun, Ia memastikan stoknya saat ini berlimpah dan siap jika memang ada kondisi terburuk seperti poyensi gelombang Covid-19 selanjutnya.
"Antisipasi buat stok ada aja. Ada buat back up (gelombang 3). Mudah-mudahan nggak ada gelombang Covid-19 lagi, sebisa yang kita bisa," sebut Rizky.
Mengenai harga, banyak yang mengambil untung secara signifikan ketika kasus sedang tinggi-tingginya, kenaikan sampai 2 kali lipat. Namun, Rizky menyebut Ia hanya menaikkan harga Rp 5 ribu per kubik karena memang ada kenaikan dari distributor.
"Harga normal nggak kayak kemarin waktu langka. Satu kubik standar kaya kemarin-kemarin, saya pas pandemi nggak pernah naikkan kayak per kubik Rp 30 ribu aja, sebelum pandemi aja 25 ribu tapi nggak saya naikkan," ujarnya.
Soal kekhawatiran ledakan omicron bukan mengada-ada. Pemerintah memproyeksikan puncak gelombang kasus Covid-19 akibat varian Omicron akan terjadi pada Februari 2022. Proyeksi itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan pers virtual, Rabu (12/1/2022).
"Dari hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain puncak varian Omicron mencapai puncak dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta. Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada bulan awal Februari. Sebagian besar kasus yang terjadi diperkirakan akan bergejala ringan. Sehingga nanti strateginya juga akan berbeda dengan varian Delta," ujarnya.
Sedangkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, menyampaikan lebih detil lagi.
"Potensi gelombang ketiga, kemungkinan minggu ke 2 atau ke 3 Februari," kata Nadia, Kamis (13/1/2022).
Nadia mengatakan kasus Covid-19 di Indonesia diperkirakan akan melambung tinggi. Pemerintah memperkirakan angka kasus bisa berada di sekitar 40.000 - 55.000 saat gelombang ketiga terjadi.
"Antara 40.000-55.000," kata Nadia saat dikonfirmasi.
Pemerintah harus sudah antisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi soal omicron ini, termasuk soal pasokan oksigen dan tabungnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Baru Covid-19 di RI Tiba-tiba Naik, Nyaris Tembus 1.000