
Star Energy Geothermal Inovasi Pemodelan Rekahan Panas Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - Star Energy Geothermal (SEG) dan Schlumberger Indonesia menyelesaikan studi pengembangan teknologi untuk menentukan daerah sweet-spot pengeboran panas bumi di akhir 2021. Penelitian dilakukan melalui proyek Fracture Characterization and Optimized Well Placement (FCOWP).
Teknologi ini menggabungkan manajemen sumber daya panas bumi naturally fractured reservoir dan teknologi dalam mengkarakterisasikan rekahan menggunakan aplikasi DELFI Cognitive E&P Environment.
Adapun studi tersebut merupakan pertama yang diaplikasikan pada lapangan panas bumi skala besar. Salah satu hasil dari studi ini adalah peta permeabilitas yang mengidentifikasi daerah produktif bawah permukaan.
Chief Executive Officer SEG Hendra S Tan mengatakan proyek tersebut merupakan upaya berkelanjutan dalam menerapkan inovasi dan teknologi mengurangi levelized cost of electricity (LCEO) energi panas bumi.
"Biaya pengeboran merupakan salah satu komponen biaya utama dari biaya energi panas bumi. Penerapan teknologi ini akan memungkinkan kami untuk mengebor di tempat yang tepat dengan akurasi dan hasil yang lebih baik, yang berujung pada pengurangan biaya pengeboran dan biaya energi panas bumi," kata Hendra dalam keterangan tertulis, Kamis (13/1/2022).
Diketahui studi dimulai pada Lapangan Panas Bumi Darajat, yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pengeboran sumur dengan memodelkan sistem rekahan alami dan distribusi permeabilitas yang diketahui di bagian area yang sudah dibor, serta memprediksi distribusinya di bagian yang belum dibor. Di banyak lapangan panas bumi, produksi bergantung pada keberhasilan penentuan target pengeboran terhadap rekahan yang terjadi secara alami di bawah permukaan.
Hendra menjelaskan, studi dibagi menjadi dua tahapan utama. Pertama bertujuan untuk memodelkan orientasi serta intensitas distribusi rekahan dan kedua proses otomatisasi guna memodelkan lebar dan panjang rekahan serta validasi terhadap data-data sumur yang ada.
"Metode baru yang diterapkan dalam studi ini dengan menyertakan dampak dari intrusi terhadap orientasi serta intensitas distribusi rekahan sebagai bagian dari empat fracture drive yang digunakan, serta penggunaan multiple realizations untuk mengakomodasi ketidakpastian yang terjadi," lanjut dia.
Dua dari fracture driver rekahan berkaitan dengan patahan dan tegangan (stress) yang terjadi pada batuan dan dua fracture driver lainnya berkaitan intrusi batuan yang terbentuk akibat intrusi magma pada sistem panas bumi. Sedangkan sisanya dikelompokkan tersendiri dan didistribusikan secara stokastik pada seluruh lapangan.
Sementara itu, Chief Asset Management Officer SEG Ken Riedel mengungkapkan bahwa teknologi tersebut akan digunakan untuk meningkatkan hasil pemboran di tiga lapangan panas bumi yang dioperasikan SEG.
"Di mana tahap pertama akan diterapkan pada Lapangan Darajat pada kampanye pemboran 2022 serta pada Lapangan Salak dan Lapangan Wayang Windu pada kampanye selanjutnya," ujar Ken.
Sementara itu, Managing Director Schlumberger Indonesia Devan Raj juga mengapresiasi studi kerja sama tersebut.
"Kami senang memiliki kesempatan untuk memperluas kerja sama kami dengan Star Energy Geothermal dalam mengembangkan solusi inovatif dengan memanfaatkan kumpulan ahli dan teknologi dari kedua perusahaan untuk memaksimalkan potensi panas bumi," pungkas dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Star Energy Dinobatkan Jadi The Best Renewable Company 2021