
Imbas Batu Bara PLN Kritis, Konsumsi Gas & BBM Bisa Melonjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Seperti diketahui, PLN tengah mengalami kondisi krisis pasokan batu bara akibat mangkirnya sejumlah perusahaan batu bara dari komitmen untuk memenuhi kebutuhan batu bara pembangkit listrik perseroan.
Dengan terbatasnya pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PLN saat ini, maka mau tidak mau PLN harus mencari alternatif sumber energi lainnya guna mencegah pemadaman listrik terjadi. Dua sumber energi alternatif pengganti batu bara yaitu gas dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hal tersebut juga sudah disebutkan dalam rencana mitigasi risiko PLN di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Adapun langkah pemulihan bila terjadi risiko seperti kendala produksi tambang batu bara, kendala pengangkutan batu bara, rendahnya komitmen pemasok batu bara, serta harga pasar batu bara lebih tinggi daripada harga term PLN, maka PLN harus "memastikan ketersediaan pasokan gas dan BBM untuk operasional pembangkit cadangan."
Menurut Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, kondisi yang dialami PLN saat ini untuk solusi jangka pendek ini memang akan berdampak pada peningkatan konsumsi gas maupun BBM, tergantung dari lokasi pembangkit.
Bila pembangkit berada dekat dengan infrastruktur gas, maka penyerapan gas bisa menjadi lebih tinggi. Namun bila pembangkit berada jauh dari sumber energi, maka mau tidak mau BBM akan kembali digunakan.
"Untuk jangka pendek ini, gas dan BBM memungkinkan akan dipakai tergantung dari lokasi pembangkitnya," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (04/01/2022).
Gas menjadi sumber alternatif utama untuk menggantikan batu bara karena harganya masih lebih murah dibandingkan harus menggunakan BBM.
Namun untuk jangka panjang, menurutnya PLN perlu melakukan diversifikasi sumber energinya, dan mulai mengurangi ketergantungan pada batu bara.
"Perlu diversifikasi energi primer. Sebaiknya memang tidak tergantung pada sumber energi tertentu, sehingga ada solusi jika ada masalah," ucapnya.
Kondisi meningkatnya permintaan gas dari PT PLN (Persero) juga terlihat dari pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Presiden meminta agar gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang diproduksi di Tanah Air juga diutamakan untuk kepentingan dalam negeri terlebih dahulu, sebelum diekspor.
Hal ini disampaikannya melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin malam (03/01/2022).
"Terkait pasokan LNG. Saya juga minta kepada produsen LNG, baik Pertamina maupun swasta untuk mengutamakan kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu," tuturnya.
Dirinya pun memerintahkan kepada kementerian terkait yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mencarikan solusi permanen untuk menyelesaikan masalah ini.
"Selain itu, saya perintahkan Kementerian ESDM, BUMN untuk cari solusi permanen dalam menyelesaikan masalah ini," tegasnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif juga mengungkapkan bahwa selain krisis batu bara, PT PLN (Persero) juga mengalami krisis pasokan LNG.
"Jadi memang kita terinformasikan adanya krisis suplai energi primer antara lain LNG dan batu bara," ungkap Arifin saat ditemui usai Sidak di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (04/01/2022).
Dia mengakui bahwa krisis batu bara PLN ini sudah dialami sejak Agustus 2021 lalu. Saat itu pihaknya sudah mengambil sejumlah langkah pengamanan, namun ternyata pada akhir tahun 2021 situasinya bukan membaik, malah terulang kembali.
Oleh karena itu, pihaknya dan Kementerian BUMN mengambil langkah pengamanan sumber energi untuk pembangkit listrik di Tanah Air.
Dari sisi Kementerian ESDM, menurutnya pihaknya sudah mengamankan pasokan LNG yang tadinya ditujukan untuk ekspor dialihkan untuk dalam negeri.
"Dari sektor ESDM sendiri suplai LNG kita amankan pasokan di dalam (negeri), yang tadinya akan diekspor ke luar, kita amankan dulu untuk ke dalam, jadi dipastikan aman," tuturnya.
Imbasnya, lanjutnya, akan ada pertukaran (swap) kargo LNG antara PT Pertamina (Persero) dan pembeli LNG di luar negeri.
"Kargo yang udah kita alokasikan di dalam negeri ini untuk segera diputuskan oleh manajemen PLN, mengenai nanti administrasi akan diselesaikan antara kedua BUMN ini," ujarnya.
"Dan ini kita lihat di dalam bulan Januari. Kalau keputusan dalam bulan Januari diambil, insya Allah masalah pasokan LNG bisa kita amankan," imbuhnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buntut Krisis Batu Bara PLN: Biaya Produksi Listrik Bengkak!