26 Gempa Bumi Merusak 2021, Rekor Tertinggi Selama 20 Tahun!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Rabu, 05/01/2022 12:25 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang mengalami kerusakan karena gempa di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat telah terjadi 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia sepanjang 2021.

Jumlah gempa bumi merusak pada 2021 ini merupakan tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Maksud dari gempa bumi merusak yaitu kejadian gempa bumi telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan, dan kerugian harta benda.

Hal tersebut diungkapkan Supartoyo, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.


"Berdasarkan catatan dari Badan Geologi, sejak tahun 2000 hingga 2021 telah terjadi sebanyak 5 hingga 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia, artinya kejadian gempa bumi tersebut telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda," papar Supartoyo, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Rabu (05/01/2022).

Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 diawali dengan gempa bumi di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah pada 4 Januari 2021 dan diakhiri oleh kejadian gempa bumi Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku pada 30 Desember 2021.

Kejadian gempa bumi merusak tersebut mengakibatkan jumlah korban jiwa 119 orang meninggal dan 6.803 orang luka-luka.

"Selama tahun 2021 kejadian gempa bumi yang mengakibatkan dampak besar adalah gempa bumi Mamuju tanggal 15 Januari 2021 dengan magnitudo (M 6,2) pada kedalaman 10 km. Kejadian gempa bumi ini mengakibatkan 105 meninggal, 6.489 orang luka-luka dan kantor Gubernur Sulawesi Barat mengalami rusak berat. Selain itu terjadi gerakan tanah cukup masif yang menutup jalur trans Sulawesi di daerah Tappalang, retakan tanah dan likuefaksi," jelas Supartoyo.

Sepanjang tahun 2021, terdapat satu kejadian gempa bumi merusak yang memicu terjadinya tsunami yaitu kejadian gempa bumi Teluk Taluti, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2021. Tsunami dipicu oleh gerakan tanah akibat guncangan gempa bumi dengan magnitudo (M 6,1) pada kedalaman 10 km. Tsunami teramati di Pelabuhan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dengan tinggi rendaman (flow depth) sekitar 1 meter.

Pada 2021 juga terjadi gempa bumi swarm (swarm earthquake) pada 23 Oktober hingga awal November 2021 yang mengakibatkan kerusakan bangunan di daerah Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian gempa bumi swarm ini diakibatkan oleh sesar aktif berarah utara-selatan. Sesar aktif ini sebelumnya belum teridentifikasi.

Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa yang bersumber dari zona penunjaman. Dari kejadian gempa bumi merusak 2021 itu, terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang sumbernya belum teridentifikasi sebelumnya, seperti gempa bumi Tehoru, Maluku Tengah, pada 16 Juni 2021, gempa bumi Mamasa pada 22 Juli 2021, gempa bumi Tojo-Una-Una (26 Juli 2021 dan 28 Agustus 2021), gempa bumi Brebes pada 28 September 2021, gempa bumi Bangli-Karangasem pada 16 Oktober 2021, gempa bumi Ambarawa pada 23 Oktober hingga awal November 2021, gempa bumi Seram Utara tanggal 4 November 2021, dan gempa bumi Kepulauan Selayar pada 14 Desember 2021.

Supartoyo mengingatkan, kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan guna mengetahui karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi.

"Karakteristik sumber-sumber gempa bumi tersebut harus diidentifikasi sebagai masukan untuk melakukan pemutakhiran Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi. Peta KRB Gempa Bumi berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan pada revisi penataan ruang. Hanya dengan upaya mitigasi, risiko dari kejadian gempa bumi yang mungkin akan berulang di kemudian hari akan dapat diminimalisir," paparnya.

Seperti diketahui, negara Indonesia tergolong rawan bencana geologi, khususnya bencana gempa bumi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan sumber gempa bumi yang terbentuk akibat interaksi empat lempeng tektonik yang terdapat di Indonesia, yaitu, Lempeng Benua Eurasia yang bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun, Lempeng Samudera Indo - Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/tahun, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm/tahun dan Lempeng Laut Philiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm/ tahun, mengutip dari Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats, 1997.

Pertemuan antar lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya cekungan muka, cekungan belakang, jalur magmatik, pola struktur geologi dan sumber gempa bumi yaitu zona subduksi, zona kolisi, dan sesar aktif.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemarau Datang Lebih Lambat - Trump Ngamuk