Biden Sebut AS Bisa Perang Beneran & Besar-besaran, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2021, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sempat menghadapi masalah internasional. Salah satunya ia sempat menyebut serangan siber asing yang melanda negaranya dapat memicu perang nyata yang mematikan.
Hal ini diutarakan Biden dalam sebuah pidato di Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) pada Juli 2021 lalu. Ia menanggapi beberapa serangan hacker yang diduga merupakan perintah dari Rusia dan China.
"Jika kita berakhir dalam perang penembakan nyata dengan kekuatan besar. Itu akan menjadi konsekuensi dari pelanggaran dunia maya," kata presiden asal Delaware itu, dikutip dari Reuters kala itu.
Karenanya, Biden mengatakan keamanan siber kini menjadi fokus utamanya. Apalagi serangan dunia maya tersebut tidak hanya mengincar uang tetapi juga mempengaruhi pasokan energi dan bahan bakar serta makanan AS.
Di bulan yang sama, Perusahaan AS seperti SolarWinds, Colonial Pipeline, perusahaan pemrosesan daging JBS, serta perusahaan perangkat lunak Kaseya sempat diketahui mengalami serangkaian serangan siber. Dalam kasus peretasan pipa minyak Colonial Pipeline misalnya, 45% pasokan bahan bakar terganggu di Pantai Timur AS.
Saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa Juni, Biden juga menegaskan sejumlah daftar infrastruktur penting yang dianggap AS dilarang keras untuk 'diganggu'. Rusia kerap dituding AS sebagai asal hacker, selain China.
Sementara itu, Biden secara spesifik juga menyebut mengenai ancaman yang datang dari China. Ia menganggap manuver Beijing saat itu sangat serius dalam mengembangkan hegemoninya di bidang ekonomi dan militer.
"Mereka sangat serius untuk menjadi kekuatan militer paling kuat di dunia, serta ekonomi terbesar dan paling menonjol di dunia pada pertengahan 40-an, 2040-an," ujarnya.
Hubungan antara AS, Rusia dan China memang sudah memanas sebelumnya.
(tfa)