
Gawat, Krisis Energi Makan Korban Baru Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi yang terjadi di Eropa semakin menyebar luas hingga menjangkau wilayah Balkan. Salah satu negara di kawasan itu, Kosovo, mulai merasakan dampak dari krisis ini.
Mengutip Reuters, pemerintah bahkan mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari ke depan. Keadaan ini memaksa diadakannya pemadaman bergilir di negara pegunungan itu.
Perdana Menteri (PM) Kosovo, Albin Kurti mengatakan harga impor listrik telah naik setinggi 515 euro (Rp 8,3 juta) per Kwh dari yang sebelumnya hanya 70 euro (Rp 1,12 juta). Hal ini cukup membuat berat pemerintah negara itu yang mensubsidi listrik untuk warganya. Kurti menambahkan akan mengalokasikan tambahan 40 juta euro untuk impor listrik itu.
"Dalam situasi ini kita menghadapi dua solusi; pemadaman listrik atau kenaikan harga," Kurti, mengatakan dikutip Rabu (29/12/2021).
Kosovo menghasilkan sebagian besar energinya dari dua pembangkit listrik tenaga batu bara tua di luar ibukota Pristina dan biasanya mengimpor 10-15% energinya. Namun, selama krisis, angka impor itu telah meningkat menjadi 40%.
"Sebagai akibatnya, Kosovo mengimpor energi yang tidak dijadwalkan di pasar," tulis Jaringan Operator Sistem Transmisi Eropa (ENTSO-E), yang mewakili operator transmisi listrik di seluruh Eropa.
Keadaan ini sendiri telah dikeluhkan beberapa masyarakat Kosovo. Salah satunya adalah Xhelal Gashi yang memiliki usaha roti di Pristina. Ia bahkan berpikir untuk menutup sementara usahanya akibat pemadaman bergilir ini.
"Saya biasanya membayar sekitar 300 euro (Rp 4,8 juta) untuk tagihan listrik saya, tetapi sekarang saya menghabiskan 100-110 euro (Rp 1,6 - Rp 1,7 juta) per hari untuk membeli solar untuk generator," kata Gashi.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Energi Eropa Makin Ngeri, Ini Bukti Terbarunya