Emil Salim Blak-blakan Soal Kiamat Batu Bara di RI!

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
Selasa, 28/12/2021 10:50 WIB
Foto: Ada Kontradiktif Sektor Minerba RI, Ini Kata Emil Salim (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Proses transisi energi dari sumber awal berupa bahan bakar fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT) dipercaya tidak mudah dilakukan di Indonesia. Akan tetapi, perubahan ini harus dilakukan demi menyelamatkan Indonesia dari ancaman bencana alam akibat perubahan iklim.

"Ada perubahan dalam situasi alam, bahwa alam mulai sadar CO2 dari fosil fuel harus dikendalikan bahkan sampai nol, zero carbon. Maka ini banting setir, bayangkan dari satu ekonomi yang ratusan tahun (tergantung batu bara dan migas) berjalan tiba-tiba harus terbalik," kata Ekonom Senior Emil Salim dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (28/12/2021).


Harus diakui, kata Emil bahwa Indonesia sejak puluhan tahun lalu sangat bergantung pada industri batu bara, minyak bumi dan gas (migas) untuk menggerakkan perekonomian. Ketergantungan itu kini menghadapi tantangan ketika terjadinya perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca yang semakin tidak terkendali.

Ada setidaknya empat kebijakan yang diambil pemerintah untuk melakukan transisi energi. Keempat hal itu adalah memberhentikan operasional PLTU berbahan batu bara (early retirement), melakukan upaya mengurangi karbon, memperluas hutan yang berguna sebagai penyerap CO2, serta mengembangkan EBT dari tenaga angin, air, panas bumi, dan lain-lain.

Emil berkata, kebijakan-kebijakan pemerintah itu tepat demi mengejar tercapainya pengurangan efek rumah kaca atau net zero sum emission of green house gas. Akan tetapi, dia menyebut keempat kebijakan itu tidak mudah dilakukan.

"Bayangkan, jadi kita banting setir dari jalan lurus (awalnya tergantung) memakai migas, batu bara, menuju ke industri bersih. Itu tidak gampang, sebab dengan banting setir berarti penerimaan batu bara, migas, itu hilang dan menjadi cost bagi pemerintah dan masyarakat," tuturnya.

Dia juga berkata, tantangan dihadapi pemerintah karena pengembangan EBT menjadi sumber energi baru memerlukan biaya tinggi. Padahal, saat ini Indonesia tengah mengalami tantangan pengurangan pendapatan sebagai dampak pandemi sejak 2020.

Meski tantangan yang dihadapi besar, Emil yakin pemerintah bisa mengatasi hal tersebut. Dia memandang urusan EBT dan pengembangan energi bersih harus dilakukan demi menjaga agar Indonesia tidak punah akibat kenaikan air laut yang diprediksi terjadi sebagai dampak perubahan iklim ekstrem.

"Jadi, please understand bahwa persoalan energi terbarukan bukan persoalan yang hanya cukup di teks pidato, tapi itu adalah survival issue bangsa ini. Maka bagaimana kita membiayainya? Berbagai langkah kita coba misal mencari dari dalam negeri, juga menjajaki teman-teman ADB, World Bank, dan negara sahabat untuk bisa ikut mengurangi beban ini," ujarnya.

"Tapi dampaknya tidak gampang. Bayangkan, di daerah di mana batu bara puluhan dan ratusan tahun sudah jadi (tulang punggung) industri tiba-tiba harus berhenti, lalu bagaimana pekerjanya? karyawannya? penduduknya? Kita enak saja bicara tapi kalau duduk melakukan hal itu, masyaallah saya mengerti ini tidak gampang," kata Emil menegaskan.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional