Momen Haru Kang Emil Saat 'Blusukan' di Museum Tsunami Aceh

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Minggu, 26/12/2021 20:10 WIB
Foto: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh, Sabtu (25/12/2021) (Dokumentasi Humas Jabar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tak kuasa menahan air mata saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda, Provinsi Aceh, Sabtu (25/12/2021) malam. Museum itu merupakan rancangan Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Ketika memasuki ruangan bernama Sumur Doa, Kang Emil merasa ruangan tersebut paling memberikan kesan emosional di antara seluruh bagian museum. Sumur Doa merupakan bangunan menjulang tinggi berisi nama-nama korban tsunami Aceh yang di bagian atasnya terdapat lafaz Allah.

Dengan pencahayaan temaram, pengunjung yang memasuki ruangan bisa merenungi sekaligus mendoakan ratusan ribu warga Aceh yang meninggal akibat gempa dan tsunami yang mengguncang dunia pada 2004.


"Dari semua bagian museum, ini adalah ruangan yang paling emosional buat saya," ungkap Kang Emil dalam keterangan tertulis, Minggu (26/12/2021). "Ini tempat kita berdoa untuk korban-korban tsunami dan di atas ada lafaz Allah, artinya apa pun yang terjadi harus tawakal," katanya.

Kedatangan Kang Emil ke Museum Tsunami Aceh merupakan bagian dari kunjungan kerjanya di Provinsi Aceh yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin mendatang.

Diketahui Kang Emil merupakan orang yang mendesain Museum Tsunami. Sebagai seorang arsitek, ia pernah memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007 dalam rangka memperingati musibah tsunami Aceh.

Didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh Jamaluddin dan rombongan, Kang Emil pun masuk ke dalam museum yang sarat dengan filosofi dan kesan emosional itu.

Ia pun mengakui, dalam proses penciptaan rancang bangun Museum Tsunami Aceh banyak meneteskan air mata, termasuk saat mempresentasikan hasil rancangannya saat sayembara.

"Saya banyak meneteskan air mata dalam proses sketsanya, termasuk dalam proses presentasinya pun saya terbata-bata karena ratusan ribu nyawa melayang akibat tsunami Aceh," ungkapnya.

Menurut Kang Emil, proses arsitektur Museum Tsunami Aceh merupakan akumulasi dari memori yang terekam dari peristiwa tsunami yang terjadi 26 Desember 2004.

"Prosesnya (rancang bangun) sekitar sebulan, tapi proses pencarian cukup intens, mencari cara sederhana agar masyarakat bisa merasakan langsung peristiwa itu, seperti ketakutan, basah, gelap, dan lainnya," tuturnya.

Ia pun menjelaskan filosofi Museum Tsunami Aceh. Menurut Kang Emil, museum ini merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan.

"Jadi setelah rasa takut yang ditandai lorong gelap dan gemiricik air di bagian pintu masuk, lalu kesedihan dengan adanya sumur doa, dan terakhir harapan dengan hadirnya lorong menuju atap bangunan," terangnya.

Atap bangunan museum, jelasnya, juga berfungsi sebagai tempat evakuasi yang bisa menampung ribuan orang.

"Ini ibaratnya dataran tinggi untuk evakuasi jika tsunami kembali terjadi," pungkasnya.

Selain sebagai tempat untuk mengenang peristiwa menggemparkan, Museum Tsunami Aceh menjadi simbol kebangkitan warga Aceh. Dibangun pada 2008 dan diresmikan 2009 silam, museum ini mulai dibuka untuk umum pada 2011.

Dari sisi rancang bangunnya, Kang Emil memadukan rumah tradisional Aceh yang dibentuk seperti gelombang besar layaknya gelombang tsunami dalam tema besar bertajuk "Rumah Aceh as Escape Hill".

Kini, Museum Tsunami Aceh menjadi destinasi wisata favorit wisatawan, selain Masjid Baiturrahman yang jaraknya berdekatan dengan museum.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gaduh 4 Pulau Aceh Diambil Sumut