Luhut Soal Omicron: Lebih Menular, Gejalanya Ringan-Sedang
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga sekaligus Koordinator PPKM Wilayah Jawa-Bali Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan soal virus corona varian omicron. Ia tidak menampik apabila ada ketakutan baru seiring munculnya varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada akhir November lalu.
"Varian tersebut membuat setiap negara di dunia termasuk Indonesia waspada. Menurut perkiraan awal, varian omicron berpotensi lebih menular dan memiliki karakteristik kekebalan lolos dari vaksinasi. Di sisi lain, sejauh ini, gejalanya ringan hingga sedang," kata Luhut pekan lalu seperti dikutip dalam resmi Kemenko Marves, Senin (20/12/2021).
Perkembangan varian omicron akan menjadi kunci pemulihan ekonomi pada 2022. Sebab, jika virus ini mengakibatkan rawat inap yang signifikan dan vaksin kehilangan potensinya, pemulihannya akan lebih lambat dari yang diharapkan.
"Namun ada pola historis virus berevolusi menjadi lebih jinak seiring waktu. Oleh karena itu, jika Covid-19 menjadi lebih menular, itu diprediksi akan menghasilkan gejala yang minimal. Jika ini terjadi, kita dapat mengharapkan pemulihan yang lebih cepat dan seperti kita dapat hidup berdampingan dengan virus dengan lebih aman," ujarnya.
Namun, varian omicron tidak akan menjadi satu-satunya sumber ketidakpastian pada 2022. Dalam hal ini, dengan meningkatnya inflasi global termasuk di AS, The Fed dan bank sentral lainnya mulai mengurangi stimulus. Ini akan mengakibatkan likuiditas yang tersedia lebih rendah untuk emerging market seperti Indonesia.
Kemudian masalah ekonomi domestik China seperti gagal bayar properti berpotensi berdampak pada Indonesia. Sebab China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia. Situasi ini akan lebih buruk jika hubungan AS-China memburuk, seperti di era perang dagang serta dengan semakin dekatnya perubahan iklim, semakin banyak negara yang menerapkan penetapan harga karbon di berbagai sektor.
"Seperti halnya Covid-19, kita tidak bisa menghindari ketidakpastian, kita hanya bisa mempersiapkan ekonomi Indonesia untuk menahan tekanan dari berbagai guncangan tersebut. Pemulihan dan transformasi ekonomi harus dilakukan secara berdampingan, mengingat kondisi perekonomian global yang semakin menantang," jelasnya.
(miq/miq)